Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Lain Rayakan "May Day" Selain Demo: Pengusaha Bedah Rumah Buruh di Kulon Progo

Kompas.com - 29/04/2019, 12:57 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Merayakan Hari Buruh atau May Day yang jatuh pada 1 Mei 2019, biasanya dilakukan dengan pengerahan massa. Berbeda dengan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pelaku bisnis malah menggelar aksi sosial bagi beberapa buruh. Acaranya pun dipercepat.

Seperti yang dirasakan Sujiyem, 45 tahun, seorang kuli di penggilingan tahu di Dusun Taruban Wetan, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.

Orangtua tunggal yang mengurus 5 anak ini menerima uang tunai Rp 18 juta dan 7 sak semen untuk pembangunan rumah baru.

Baca juga: Peringatan Hari Buruh Mayday se-Jabar Dipusatkan di Disnakertrans

Dua perusahaan, Swalayan Sidoagung dan BPR Nusamba Temon, menyumbang uang itu untuk pembangunan rumah yang baru dan lebih layak bagi Sujiyem beserta anaknya.

"Saya sangat senang. Anak-anak tentu sangat senang. Apalagi yang masih SD sering cerita, kapan bisa punya rumah seperti bu guru," kata Sujiyem di rumahnya, Minggu (28/4/2019).

Sujiyem terlihat mencoba menahan senyum gembira karena segera mendapat rumah baru ukuran 36 meter persegi.

Tampak lokasi pembangunan rumah baru di depan rumah Sujiyem. Tapak tanahnya sudah ada peletakan batu pertama.

Baca juga: Jelang Mayday, Para Pengusaha Cemaskan Tuntutan Buruh

Bagaimana tidak bahagia, kata dia. Sebagai buruh penggiling tahu, upahnya tidak seberapa. Hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan pokok keluarga.

Apalagi ia menjadi tulang punggung keluarga. Suami meninggalkan dirinya begitu saja bersama 5 orang anak.

Sujiyem dan anak-anaknya terpaksa hidup dalam rumah gubuk dinding kulit bambu, dengan bangunan yang sudah miring ke kanan, dan beralas lantai tanah.

Di dalamnya, terdapat 2 kamar yang berisi dipan bambu usan tanpa alas merupakan tempat tidur mereka.

Baca juga: Pelempar Molotov dalam Demo Hari Buruh di Yogyakarta Dinonaktifkan dari Studinya

Dari dalam rumah terlihat banyak celah dinding bambu. "Di mana lagi tidur. Ya di sini. Anak belajar di sini," katanya.

Hari ini, nasib Sujiyem dan kelima anaknya akan berubah. Dua perusahaan membantu membangun rumah tinggal baru di depan rumah gubuknya.

Sujiyem akan mendapat rumah ukuran 6x6 dengan lantai batu. Ia tidak akan lagi tinggal dalam gubuk itu lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com