Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Mahasiswa Unhas soal Quick Count dan Real Count: Jangan Rusuh hingga Tunggu KPU

Kompas.com - 29/04/2019, 08:06 WIB
Himawan,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Puncak Pemilu 2019 telah selesai dilaksanakan pada tanggal 17 April. Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih melakukan penghitungan perolehan suara oleh calon presiden dan wakil presiden di seluruh Indonesia.

Di tengah proses resmi ini, para pendukung capres dan cawapres masing-masing mengklaim kemenangan.

Baca juga: Kata Mahasiswa Unhas Makassar soal Kriteria Presiden yang Dibutuhkan Indonesia 

Para pendukung pasangan capres dan cawares nomor urut 01 Joko-Widodo-Ma'ruf Amin merujuk pada hasil quick count oleh beberapa lembaga survei yang memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf.

Sementara itu, pendukung capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno juga tetap yakin, pasangan yang mereka dukung menang berlandaskan penghitungan real count oleh tim internal.

Baca juga: Kata Mahasiswa Unhas soal Pemilu 2019: Bikin Bingung hingga Anak Muda Berani Bicara

Data real count BPN berbeda dengan situng KPU yang menyebutkan pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul 56,41 persen dari Prabowo-Sandiaga yang mengumpulkan 43,59 persen dari total 46,52 persen suara yang masuk.

Kompas.com mewawancarai sejumlah mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mengetahui pendapat mereka soal polemik yang masih hangat tersebut. Berikut hasil wawancaranya:

1. Polemik itu lumrah

Khintan, mahasiswa semester 6 Program Pendidikan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Unhas, menilai, polemik quick count dan real count yang terjadi setelah pencoblosan Pemilu 2019 adalah hal yang lumrah.

Menurut dia, polemik ini terjadi karena para pasangan calon capres dan cawapres sama-sama ingin menang di Pilpres sehingga isu lempar data hasil pemilu pun melalui quick count.

"Itu yang saya lihat dari kedua paslon capres-cawapres sehingga untuk menuju itu, mereka rela melakukan apa pun. Termasuk, percaya dengan satu badan lembaga survei tertentu maupun tidak percaya pada lembaga survei lainnya. Itu sah-sah saja sih menurutku," kata mahasiswi yang juga redaktur pelaksana di lembaga pers Identitas Unhas ini.

Baca juga: Kata Mahasiswa Undip soal Polemik Quick Count Kubu Jokowi Vs Prabowo

Hal yang sama juga dilontarkan Juniansah Rakhmat, mahasiswa Jurusan Administrasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, kampus merah tersebut. Menurut dia, dalam demokrasi, polemik seperti itu merupakan hal yang biasa saja.

"Polemik quick count dan real count biasa terjadi dalam demokrasi sebab setiap paslon mengklaim ke menenangkan jadi menurut saya biasa saja dan tunggu saja hasil dari KPU secara keseluruhan," ungkapnya.

 

2. Real count KPU harus transparan

Mahasiswi Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Unhas, Andini Riaswaty, memiliki pendapat berbeda dengan hasil quick count. Menurut dia, quick count masih belum bisa dipercaya sepenuhnya.

Untuk itu, agar masyarakat percaya dengan hasil penrhitungan, KPU harus melakukan transparansi.

"Makanya harusnya setiap petinggi dan KPU harus bersih dan tidak timpang sebelah dan penting untuk bersifat transparansi agar masyarakat tidak merasa tertipu yang ujungnya akan menciptakan pro dan kontra," katanya.

Baca juga: Kata Mahasiswa Unsoed soal Polemik Quick Count Vs Real Count pada Pemilu 2019

 

Sementara itu, Azwar Munafri, mahasiswa angkatan 2017 Jurusan Teknik Sipil Unhas, mengatakan hasil quick count memang memiliki peran yang cukup besar untuk memicu perdebatan di kalangan masyarakat Indonesia.

"Quick count memiliki peran yang cukup besar untuk membuat banyak perdebatan yang ada di Indonesia," ucapnya.

 

3.KPU yang menentukan

Di balik rasa pesimistis melihat hasil quick count yang dilakukan beberapa lembaga, beberapa mahasiswa Unhas yang diwawancara Kompas.com menegaskan bahwa hasil penghitungan yang dilakukan oleh KPU.

Muhammad Hasan, mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2015 di Universitas Hasanuddin, mengatakan, hasil quick count tidak perlu ditanggapi serius dan heboh.

"Quick count ada bagusnya, ada juga tidaknya, karena membantu juga, tetapi bikin rusuh karena banyak yang tidak terima dengan hasilnya. Harusnya ditanggapi biasa saja. Kita tunggu hasil dari KPU," ungkapnya.

Baca juga: Kata Mahasiswa Universitas Brawijaya Soal Quick Count dan Saling Klaim Kemenangan

 

Hal yang sama juga diungkapkan Resvita, mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Unhas. Dia menilai bahwa hasil penghitungan quick count masih terdapat banyak kekeliruan.

Seperti yang disaksikannya di beberapa media, jumlah suara dalam setiap TPS seringkali bertambah dengan sendirinya sehingga harus dilakukan kembali penghitungan suara ulang.

Dia menilai, paslon capres dan cawapres seharusnya tenang dan menunggu hasil rekapitulasi resmi KPU.

"Kalau memang mau valid, ya tunggu real count," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com