Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Mahasiswa Unsoed soal Polemik Quick Count Vs Real Count pada Pemilu 2019

Kompas.com - 29/04/2019, 07:42 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Beredarnya hasil hitung cepat atau quick count pada pilpres 2019 membuat polemik tersendiri di masyarakat. 

Pasalnya, Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menolak hasil hitung cepat itu dan mengklaim telah memenangkan Pemilu berdasarkan perhitungan cepat internalnya.

Sedangkan, hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, termasuk Litbang Kompas, menunjukkan keunggulan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Saat ini kedua pihak terus menanti perhitungan real count KPU yang bisa dipantau di www.pemilu2019.kpu.go.id

Kompas.com mewawancarai sejumlah mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu mengenai polemik quick count vs real count. Berikut pandangan mereka mengenai polemik quick count tersebut.

Baca juga: Kata Mahasiswa Unsoed Purwokerto soal Pemilu 2019: Peran Penting Medsos hingga Antusiasme Tinggi

 

Ketidaksiapan KPU

Menurut Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed Fatih Fida Ain, permasalahan quick count dan real count ini merupakan imbas ketidaksiapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memfasilitasi pesta demokrasi tahun ini.

"Sampai sampai soal penghitungan juga banyak yang mempermasalahkan lembaga survei dan juga KPU langsungnya. Parahnya lagi website yang disajikan oleh pihak penyelenggara juga sempat salah hitung," kata Fatih.

Ketidaksiapan KPU untuk menengahi kekacauan dengan segera, kata Fatih, berakibat banyak pihak yang mempertanyakan marwah pesta demokrasi ini. Fatih berharap KPU memberi penjelasan secara instensif akan suasana kembali kondusif.

Persoalan penghitungan suara, kata Putri Hapsari mahasiswi S2 Ilmu Komunikasi Unsoed, semakin diperparah dengan banyaknya input data pada sistem KPU.

"Bukan sekali dua kali KPU salah input, dan kelihatan memang KPU sedikit memihak," ujar Putri tanpa menjelaskan memihak kepada pihak mana.

Baca juga: Kata Mahasiswa Unhas soal Pemilu 2019: Bikin Bingung hingga Anak Muda Berani Bicara

Quick count kredibel

Sementara itu, Amalina Zahrina, mahasiswi Jurusan Matematika Unsoed mengaku prihatin dengan munculnya polemik tersebut. 

"Sebagai anak matematika yang ngerti sedikit soal pengambilan sampel. Dengan melihat para lembaga survei menjelaskan hasil yang mereka peroleh, ya jelas sih nggak mungkin merekayasa dan jelas-jelas ada datanya. Mereka juga mempertaruhkan nama baik mereka sebagai lembaga survei dong," tutur Amalina.

Siti Nuryanti, mahasiswi S2 Fakultas Pertanian Unsoed, berpendapat quick count merupakan cara untuk mengetahui gambaran atau jumlah sementara hasil pemungutan suara.

"Sehingga apabila KPU belum mengeluarkan jumlah suara yang sesungguhnya, yang seadil-adilnya, tentunya masyarakat tidak perlu berkoar-koar kecurangan, nggak adil, lembaga survei dibayar dan lainnya, apalagi hal tersebut tidak berdasarkan fakta," kata Siti.

Baca juga: Kata Mahasiswa Universitas Brawijaya Soal Quick Count dan Saling Klaim Kemenangan

Tunggu hasil resmi KPU

Hal senada disampaikan Agung Nugroho, mahasiswa Ilmu Politik Unsoed. Menurutnya masyarakat hendaknya menunggu hasil resmi yang dikeluarkan KPU.

"Bolehlah masing-masing paslon berpedoman pada quick count, tapi alangkah lebih bijaknya lagi menunggu hasil keputusan resmi KPU melalui hitung manual. Jangan sampai masyarakat diajarkan untuk membenci KPU dengan statement yang belum tentu kebenarannya," ujar Agung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com