Bahkan muncul rasa tidak percaya terhadap pelaksanaan Pemilu.
“Sebenarnya saya antara mau dengar dan tidak mau dengar (hasil hitung cepat). Tapi pasti tetap dengar. Saya berharap tiba-tiba ada miracle yang jadi pilihan yang sah yang mana. Di Pemilu tiba-tiba ada rasa tidak percaya, sudah ngitung malam-malam juga kalau bukan petugas siapa juga yang mau datang,” katanya.
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Mohammad Wiranto Aris M mengatakan, sebaiknya semua pihak menunggu hasil rekapitulasi manual oleh KPU sebagai hasil Pemilu yang sah.
Menurutnya, seharusnya semua pihak tidak menjadikan hasil hitung cepat sebagai patokan kemenangan.
“Mereka harus bersabar dan harus melihat quick count yang lain jadi tidak berpatokan pada satu quick count saja,” katanya.
“Sebagai warga negara yang baik seharusnya menunggu hasil dari KPU. Bagaimanapun harus mengawal pelaksanaan di KPU ini dari awal hingga akhir. Jadi jangan menyimpulkan sendiri,” imbuh mahasiswa asal Indramayu, Jawa Barat itu.
“Lembaga survei kan banyak. Tidak kali ini saja, pemilihan gubernur dan wali kota juga ada survei, cukup kredibel juga, netral lah gitu. Kalau lembaga surveinya saya lihat netral. Karena memang ada aturannya harus netral. Selama ini hasil quick count tidak jauh beda dengan real count,” katanya.
Sebab, sejumlah lembaga survei memiliki mekanisme dalam melakukan hitung cepat.
“Menurut saya sebagai mahasiswa, saya juga diajarkan untuk berpendidikan, melakukan sesuatunya itu dengan data. Kita tidak bisa menutup mata kita dengan hasil quick count soalnya hasil quick count itu ada datanya dan memang sudah terstandarisasi. Kalaupun kita mau tidak percaya, tidak bisa secara keseluruhan kita tolak. Tetap kita harus tunggu penghitungan KPU juga,” terangnya.
Mahasiswa semester 6 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Clarinta Ayu melihat kesimpang siuran hasil hitung cepat Pemilu 2019. Karenanya, dirinya akan menunggu hasil resmi dari KPU.
“Waktu lihat pertama itu, ya sudah lah ntar lihat akhir saja. Semakin ramai semakin tidak jelas gitu kan,” katanya.
“Saya sebagai mahasiswa melihatnya pasti ada yang curang gitu ya. Jadi mereka kedua belah pihak sama-sama ada yang curang jadi gimana ya,” kata mahasiswa asal Jakarta Selatan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.