Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Kyai Rofiq, Merawat Akar Tradisi dan Identitas Jawa

Kompas.com - 26/04/2019, 19:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketika Tim Ceritalah mengunjungi Kyai Rofiq, dia sedang sibuk mengurusi sawahnya. Dia baru saja selesai menanam padi di lahannya yang seluas 1,5 hektar, dan beberapa malam terakhir sebelumnya, dia menghabiskan waktu di ladang untuk memantau aliran air irigasi.

Selain padi, jagung, singkong, dan sayuran lainnya, dia baru-baru ini juga memulai menanam kopi. Tim Ceritalah pun sempat mencicipi kopi buatannya.

Rumah Kyai Rofiq selalu penuh dengan kesibukan. Setiap pagi setelah salat subuh, ia pergi ke pasar untuk belanja barang-barang sembako, lalu pulang untuk menyiapkan sarapan bagi dua belas pekerja yang membantunya di sawah.

Setelah itu, Kyai Rofiq biasanya akan menerima sederetan tamu. Dia bersama istri dan ibunya juga membuka kelas agama gratis bagi anak-anak yang tinggal di sekitar lingkungan rumahnya.

Malam harinya, keluarga Kyai Rofiq melakukan shalat Maghrib dan Isya secara berjamaah. Setelah itu, ia masih memberikan kelas agama.

Sebagai seorang Kyai di lingkungan tempat tinggalnya, dia juga sering melayani bimbingan bagi keluarga-keluarga dan terlibat dalam acara-acara NU yang dilakukan secara rutin. Dia menjelaskan bahwa tidak ada yang salah dengan pandangannya yang konservatif.

“Kita jangan sampai terlalu hanyut akan sesuatu hal yang baru. Penampilan saja bukan jaminan bahwa sesuatu hal itu benar dilakukan atau diikuti. Islam mengajarkan untuk menjadi orang yang baik – petani yang baik. Anda harus mendasarkan hidup Anda pada ajaran Nabi," tuturnya.

Pemikiran Kyai Rofiq juga didasarkan pada ajaran-ajaran sang pendiri NU, Hasyim Asyari. Kyai Rofiq sendiri lebih memilih terfokus pada hal-hal praktis yang dapat membantu lingkungannya seperti ajaran Islam dan kehidupan sehari-hari, saling menghormati dan shalat secara teratur.

Baginya, bukan masalah bergaul dengan non-Muslim atau Muslim yang pandangannya sangat berbeda.

Dia berkata, "Sangat penting untuk bertemu orang dari latar belakang yang berbeda untuk menjaga hubungan sosial, tetapi saya tidak akan turut dalam praktik keagamaan mereka."

Sejatinya, Kyai Rofiq sangat mendukung konsep Islam Nusantara – konsep Islam yang menggabungkan relasi sosial, tradisi budaya, keyakinan, dan praktik keagamaan yang terintegrasi sebagai cara hidup, dan mencerminkan kehidupan orang Indonesia dan orang Jawa pada umumnya.

Menurutnya, menjaga relasi dan hubungan antar lapisan masyarakat dapat melengkapi praktik keagamaan dan hubungan spiritual – kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena sama-sama penting.

Oleh karena itu, dia menekankan "amaliyah" (praktik Islam dalam kehidupan sehari-hari) dan norma-norma budaya seperti mengunjungi makam, doa untuk almarhum (tahlilan), untuk sepatutnya dilakukan sebagai praktik keagamaan Islam.

 

Kyai Rofiq juga menentang gerakan-gerakan yang kini telah dilarang, yang tidak menerima ideologi bangsa Pancasila.

Dia juga tidak menghiraukan fenomena sosial yang sedang tren saat ini, yaitu hijrah atau migrasi ke jalan Allah di kalangan anak muda Muslim.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com