Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Kyai Rofiq, Merawat Akar Tradisi dan Identitas Jawa

Kompas.com - 26/04/2019, 19:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUHAMMAD Rofiqul A’la adalah seorang petani sekaligus kyai berumur 39 tahun asal Jember, Jawa Timur, sebuah provinsi yang padat penduduk.

Kyai Rofiq, begitu dia kerap disapa di desanya, adalah sosok yang periang dengan perawakan berisi. Dia ikut andil dalam “kemenangan” Joko Widodo (Jokowi) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 pada 17 April lalu.

Dari hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei (hasil resmi baru akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum pada sekitar 22-24 Mei), jumlah dukungan suara terhadap Jokowi meningkat di dua provinsi utama, yaitu Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Suara Jokowi naik sekitar 12 persen dan 11 persen di kedua provinsi tersebut, lebih dari cukup untuk menutupi penurunan suara di Pulau Sumatra dan Sulawesi yang penduduknya tidak sebesar Jawa.

Tak dinafikan bahwa “kemenangan” Jokowi tak lepas dari dukungan Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki arti "Kebangkitan Ulama".

Baca juga: 93 Tahun Berdirinya Nahdlatul Ulama...

 

Jokowi pun menguatkan hubungannya dengan organisasi Muslim terbesar di Indonesia ini dan bahkan memilih Kyai Haji Maruf Amin, ulama terkemuka yang tak lain Rais Aam NU, sebagai calon wakil presiden.

Perkiraan jumlah keanggotaan NU bervariasi, kurang lebih 40 juta merupakan angka dasar jumlah anggota NU. Tapi bila menghitung juga afiliasi, jaringan, dan organisasi sayap yang mengidentifikasi diri sebagai bagian keluarga NU, jumlahnya bisa jadi lebih dari 100 juta.

Kyai RofiqTim Ceritalah Kyai Rofiq
NU berdiri pada 1926 sebagai respons terhadap berkuasanya keluarga Saud di Mekkah dan menyebarluasnya ajaran Wahabi. NU–walaupun sangat beragam–umumnya berupaya menyeimbangkan tradisi Jawa, pengetahuan, dan identitas Islam.

Kyai Rofiq mengungkapkan alasan mengapa dia mendukung Jokowi. Pertama dan terutama adalah karakter Jawa yang kental melekat pada Jokowi.

Wong Solo ini juga dinilainya bersahaja, tenang, dan jarang meluapkan emosi di depan umum. Kyai Rofiq sangat mengagumi ketenangan diri Presiden Jokowi, terlebih ketika berada di bawah tekanan.

Tentu saja, Jokowi juga telah membangun jaringan dan sekutu dengan jajaran NU. Hal ini semakin kentara saat dirinya memilih Kyai Maruf yang selalu tampil bersarung dan kadang-kadang kontroversial ini.

Di saat yang bersamaan, Jokowi telah dengan tegas mendukung tokoh-tokoh seperti Khofifah Indar Parawansa, pimpinan Muslimat, kelompok perempuan yang terafiliasi dengan NU.

Pada 2018, Khofifah dengan loyalitas dukungan kelompok Muslimat berhasil merebut posisi Gubernur Jawa Timur dalam persaingan yang cukup ketat.

Baca juga: Resolusi Jihad hingga Khittah 1926, Ini Fakta Menarik Nahdlatul Ulama

Sebagai perbandingan, Kyai Rofiq dengan kesederhanaan dan keramahtamahannya – ia menikah dengan seorang guru agama dan memiliki satu anak gadis remaja – merupakan sosok NU tradisional.

Dia tampak mengayomi, ramah, dan seringkali memberi nasihat agama yang biasa disampaikannya dengan candaan-candaan ringan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com