Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kolektor Surat Suara Pemilu, Berharap Ada yang Merawat dan Meneruskan Koleksinya (3)

Kompas.com - 24/04/2019, 15:22 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

KUDUS, KOMPAS.com - Koleksi Suhendro Sastrowiwoho (72) yang berhubungan dengan pesta demokrasi itu disimpannya rapi di dalam sebuah media buku map selayaknya album foto. Masing-masing koleksi berharga milik Suhendro itu dibungkus plastik.

Secara berhati-hati, Suhendro pun menunjukkan beberapa lembar koleksi surat suara pemilu dan pernak-pernik pemilu yang diambil dari dalam lemarinya itu.

"Maaf Mas, sudah tua, tidak kuat lama-lama mengobrol, harus banyak istirahat. Setiap koleksi surat suara pemilu dan pernak-pernik pemilu ini saya jaga dengan baik karena membutuhkan perjuangan ekstra untuk mendapatkannya, " terang Suhendro saat ditemui Kompas.com di kediamannya sekaligus tempat ia membuka praktik medis di jalan Tanjung, Desa Kramat, Kota Kudus, Jateng, Selasa (23/4/2019) sore.

Baca juga: Kisah Kolektor Surat Suara Pemilu, Rasakan Kenikmatan Luar Biasa yang Tak Dialami Orang Lain (2)

Daya ingat Suhendro tak setajam dulu, meski demikian ia bisa membuka kembali memorinya itu secara perlahan.

Bukan perkara mudah untuk mendapatkan koleksi surat suara pemilu yang ternyata ia buru sejak ia masih kecil itu.

Karenanya, Suhendro pun menjaga dan merawat dengan baik koleksinya itu.

"Koleksi ini yang menemani saya sejak kecil. Bagi orang ini biasa saja, tapi bagi saya sangat berharga. Dengan adanya surat suara pemilu dan pernak-perniknya itu praktis menunjukkan bahwa bangsa indonesia hidup damai dengan berdemokrasi sejak dulu. Membuktikan di mata dunia jika kerukunan dalam keberagaman terus terjalin sejak lama," tegas Suhendro.

Khawatir

Dalam perjalanan hidup di usianya yang sudah senja, kian hadir kekhawatiran dalam diri Suhendro dengan nasib koleksi surat suara pemilu dan pernak-pernik pemilu miliknya itu.

Baca juga: Kisah Suhendro, Dokter yang Koleksi Surat Suara mulai Pemilu Tahun 1957 (1)

 

Kakek kelahiran 26 Oktober 1946 itu resah, siapakah nanti yang akan merawat dan melanjutkan perjuangannya itu.

"Nasib orang siapa yang tahu, saya sudah tua. Siapa nanti yang akan merawat koleksi saya ini atau bahkan meneruskan. Kalau ada yang berkenan dan meneruskan dengan tulus, saya persilahkan. Silahkan ngomong dan mengobrol dengan baik-baik kepada saya. Dia harus kolektor sejati," tutur Suhendro.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com