Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikabarkan keguguran, Petugas KPPS Melahirkan di Usia Kehamilan 5 Bulan karena Kelelahan

Kompas.com - 24/04/2019, 13:34 WIB
Fitri Rachmawati,
Rachmawati

Tim Redaksi

LOMBOK, KOMPAS.com - Andriana (26) petugas Sekertariat Panitia Pemungutan Suara (PPS), hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Dokter Soedjono, Lombok Timur. Kondisinya masih lemah dan harus dirawat intensif setelah melahirkan pada 18 April 2019.

Sebelumnya dikabarkan Andriana keguguran karena kelelahan setelah menjadi petugas KKPPS.

Adriani masih dirawat di ruang Nifas kelas IIIE sambil menunggu kabar bayi yang baru saja ia lahirkan.

"Saya melahirkan normal. Hanya kelahiran anak saya dalam kondisi sangat lemah. Memang saya dikuret seperti pasien keguguran, karena ari-ari masih menempel di rahim. Putri saya lahir tapi sangat lemah," katanya pada Kompas.com, Rabu (24/4/2019) melalui saluran telpon.

Baca juga: Fakta Pasca Coblosan di NTB, Petugas KPPS Meninggal Kelelahan hingga Keguguran

Dia menuturkan sejak tanggal 10 April, ia sudah mengeluarkan flek (bercak darah) usai mengikuti pelatihan sebagai petugas KPPS di Mataram seharian penuh.

"Saya mengandung anak pertama, karena kelelahan  keluar bercak darah atau flek. Kata dokter saya hanya butuh istirahat saja selama 2 hari," tuturnya.

Andriana sebagai petugas sekretariat di Kantor Desa Di Paok Motong, Kecamatan Masbagik bertangungjawab menerima, mencatat dan menjaga keamanan logistik bersama empat orang rekannya serta aparat kepolisian dan TNI.

Baca juga: Fakta di Balik Kisah Duka Ibu Hamil Jadi Petugas TPS, Keguguran Karena Kelelahan hingga Demi Masa Depan Indonesia

Waktu pemilu sudah semakin dekat membuat Andriana tidak sempat beristirahat. Termasuk saat hari pencoblosan 17 April 2019. Andriana yang berada di sekretariat harus tetap berjaga karena proses pengiriman logistik pemilu ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dilakukan hingga dini hari.

Andriani tetap berada di sekertariat PPS bersama seorang rekannya menunggu pengembalian kotak suara dan C1 ke PPS.

"Saya hanya berdua dengan rekan saya di sekretariat menjalani tugas itu. Apalagi di desa saya ada 40 TPS. Kami harus mengecek pengembalian C1 dan kotak suara sampai pagi. Sama sekali tidak istirahat. Semua harus dicek jika ada masalah. Pulang dari sana, darah segar keluar dari rahim," katanya.

Adriana lalu di bawa keluarganya ke Rumah Sakit Risa Selong, Lombok Timur dan dirujuk ke Rumah Sakit Dokter Soedjojono, Selong.

Baca juga: Kecapekan, Satu Petugas KPPS Keguguran dan 1 Anggota Linmas Meninggal

Walaupun usia kandungannya baru lima bulan, Andriana harus segera menjalani persalinan karena air ketubannya telah pecah. Jika tidak segera dilahirkan, maka akan beresiko bagi bayi dan dirinya.

Ibu muda ini akhirnya melahirkan normal dengan perjuangan keras, karena  kondisinya lemah dan kelelahan setelah menjalani tugas sebagai petugas KPPS.

Hanya saja, dia harus dikuret karena ari-arinya menempel. Saat ini, bayi perempuannya yang belum diberi nama masih dirawat inkubator di ruang NICU.

Adriana berharap, walauapun bayinya lahir diusia lima bulan kehamilan, detak Jantung bayinya tetap normal.

"Masih ada detak jantungnya. Tapi kata dokter dia hanya mampu bertahan hidup 1 persen. Dua hari kedepan diprediksi dia akan meninggalkan saya untuk selamanya. Kelahirannya juga belum sempurna, saya masih mendengar detak jantungnya, itu menghibur saya," katanya lirih.

Baca juga: Untuk Masa Depan Bangsa, Saya Ikhlaskan Janin Bayi Saya...

Dia berharap apa yang dialaminya saat ini menjadi evaluasi bagi KPU untuk merubah sistem dan pola pelaksanaan Pemilu.

Adriana bersama suami nya masih terus berdoa agar putri kecilnya bisa bertahan. Selama perawatan, mereka menggunakan uang pribadi.

"Kami ini dengan bahagia mengabdi dan bertugas. Rame-rame dibicarakan soal santunan. Sebenarnya bukan itu saja yang kami harapkan. Perhatian pihak KPU sekedar melihat kondisi kami. Menjenguk sudah membuat kami bahagia," ungkapnya.

Sampai berita ini tulis, bayi perempuan Adriana masih di dalam inkubator.

Adriana berharap ada keajaiban sehingga putri pertamanya bisa bertahan hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com