"Saya memang sudah terbiasa terlibat dalam kegiatan sosial. Saya juga kader posyandu di sini," katanya.
Menurut Dewi, Tahun 2018 lalu saat Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, dirinya sudah menjadi pengawas TPS di desa tersebut.
"Saya ingin ambil bagian dalam mengawal proses demokrasi ini, Makanya saya mendaftar sebagai pengawas," katanya.
Akhirnya, begitu dibuka pendaftaran pengawas TPS untuk pemilu presiden dan legislatif, dirinya kembali mendaftar ke Panwas Kecamatan Jenggawah.
"Saya kemudian mendaftar lagi, dan alhamdulillah diterima," tambahnya.
Baca Juga: 1.000 Lilin untuk Petugas KPPS dan Polisi yang Gugur saat Bertugas
Suami Dewi, Imam Bahrul Ulum, mengaku sedih begitu melihat hasil pemeriksaan yang dialami istrinya.
"Saya syok waktu itu, karena saya harus kehilangan anak kedua saya. Berat sekali rasanya,” katanya saat mendampingi istrinya.
Menurut Imam, dari pemeriksaan dokter, istrinya mengalami keguguran karena kelelahan.
“Bayangkan saja dia mulai kerja pukul 06.00 sampai pukul 01.30 dinihari. Pasti kelelahan,” tambahnya.
Meski sempat bersedih atas peristiwa tersebut, namun Imam mengaku berusaha tegar dan menerima dengan ikhlas apa yang dialami oleh istrinya tersebut.
“Saya dengan istri sudah ikhlas, karena bagaimanapun apa yang dilakukan oleh istri saya, semata-mata hanya ingin pelaksanaan pemilu lebih baik sehingga melahirkan pemimpin dan wakil rakyat yang lebih baik,” katanya.
Baca Juga: Kelelahan, 3 Orang PPK di Jember Dirawat
Sri Utami (30), salah seorang anggota KPPS di TPS 1 Desa Lalonggotomi, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, keguguran setelah bertugas selama dua hari.
Ia kehilangan calon buah hatinya yang berusia dua bulan setelah bertugas sebagai KPPS. Hal ini dibenarkan suami Sri, Muhammad Agus (32).