Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ujian Nasional SLB Tingkat SMP, Sejumlah Siswa Keluhkan Soal yang Panjang

Kompas.com - 22/04/2019, 14:34 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com – Sejumlah pelajar Sekolah Luar Biasa (SLB) A tingkat Sekolah Menengah Pertama di Yayasan Beringin Bhakti Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon mengikuti Ujian Nasional pada Senin pagi (22/4/2019).

Mereka mengikuti ujian selama empat hari. Hari pertama adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, disusul Matematika, Bahasa Inggris dan ditutup Ilmu Pengetahuan Alam.

Pantauan Kompas.com, para pelajar yang berjumlah tiga orang mengerjakan soal Bahasa Indonesia dalam bentuk tulisan braille. Selama pengerjaan, mereka didampingi dua orang guru sebagai pengawas.

Para guru tersebut juga membantu membacakan soal ujian untuk memudahkan pengerjaan para peserta. Para siswa beberapa kali tampak meminta guru untuk mengulang membacakan soal.

Baca juga: Untuk Pertama Kali, Seluruh SMP di Landak Kalbar Gelar UNBK

Aulia, salah satu peserta ujian mengaku cukup kesulitan mengerjakan soal Bahasa Indonesia. Dia menilai teks pertanyaan Bahasa Indonesia terlalu panjang. Dia beberapa kali meminta guru untuk membacakan ulang pada sejumlah soal.

Ini mengakibatkan waktu pengerjaan yang disediakan selama 120 menit atau dua jam dinilai tidak cukup atau kurang. Aulia juga kerap mengulang membaca braille pada soal yang panjang.

“Cukup kewalahan tadi, karena waktu itu (pengerjaan) dua jam. Sedangkan teksnya sangat panjang-panjang sekali dan banyak, jadi mungkin buat baca yang belum begitu lancar jadinya waktunya agal dilebihkan lagi,” kata Aulia kepada Kompas.com usai mengerjakan soal.

Devi juga merasakan hal sama. Dia menilai mengerjakan soal Bahasa Indonesia membutuhkan kecermatan dalam menangkap soal. Pelajar harus dapat menjawab dengan tepat karena banyak soal dan jawaban yang hampir sama.

Baca juga: Fakta Album Lagu Di Sini Kita Pergi Karya Siswa SLB, Dikirim ke Jokowi hingga Ungkapan Perasaan Melalui Lagu

“Saya juga ngerasain, apalagi kalau bahasa Indonesia itu kita harus bener-bener tepat. Karena jangan sampai ada jawaban yang hampir sama. Jadi kita harus milih yang tepat. Teksnya lumayan panjang,” ungkap Devi.

Teks Braille yang Berlembar-lembar

Slamet, guru smp SLB Beringin Bhakti mengakui hal tersebut. Ketiga peserta menyelesaikan ujian lebih dari waktu yang disediakan. Mereka membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk membaca banyak soal.

Pria yang sudah berpindah-pindah mengajar SLB sejak tahun 1990an ini menyampaikan perbandingan antara soal berformat alfabet dengan soal berformat braille.

Soal UN SMP Bahasa Indonesia dengan format alfabet kali ini berjumlah 17 lembar atau halaman sementara saat dipindah ke dalam format braille menjadi 53 lembar.

Ini yang menyebabkan para peserta UN membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk membaca sekaligus memahami isi soal.

Baca juga: Dukung Peyandang Disabilitas, Ganjar Pakai Batik Karya Siswa SLB

“Dengan dibacakan (guru) itu, mereka lebih bisa, dan waktu yang disediakan cukup. Memang kalau dibaca sendiri, agak lama karena maklum, tulisan braille berbeda jauh denga tulisan normal. Teksnya panjang apalagi kalau dituliskan braille memakan berlembar-lembar. Satu soal bisa satu dua lembar,” kata Slamet.

Solusinya adalah para guru yang berada di kelas tersebut membantu membacakan soal untuk mempermudah proses pengerjaan. Mereka dapat dengan cepat mengerjakan.

Indra Rukmana, guru setempat, juga menyebut dirinya bersama tim melakukan pemantapan dan pendampingan pelajar dengan pengayaan. Indra memanfaatkan teknologi yakni aplikasi ujian yang tersedia di internet untuk pemantapan sebelum ujian nasional.

“Walaupun aplikasinya untuk sekolah umum, tapi anak-anak tunanetra bisa menggunakan dengan pembaca layar di-smartphone masing-masing. Jadi mereka bisa mengetahui bentuk soal seperti apa, jawaban betul dan salah seperti apa. Mereka mengetahui dari aplikasi yang membacakan soal tersebut,” kata Indra yang juga penyandang disabilitas tunanetra.

Baca juga: Perjuangan Lain Suami Istri Lansia Selain Antar Anaknya yang Down Syndrome dengan Ontel ke SLB

Indra menyebut, upaya tersebut efektif untuk mempersiapkan para siswa siswi SLB sebelum ujian nasional. Mereka semakin percara diri dan matang untuk mengerjakan soal.

Tisna Ruhiyat, Kepala Gugus Sekolah Luar Biasa se Kabupaten Cierbon, menyebut ada sebanyak 16 siswa-siswi SLB yang mengikuti ujian dari lima buah sekolah: yakni SLB N Kabupaten Cirebon, SLBN Pangeran Cakrabuana, SLB Beringin Bhakti, SLB Bina karya, dan SLB ABCD Bina Mandiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com