Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Heera, Pengusaha Perempuan Indonesia Hadapi Diskriminasi di Dunia Kerja

Kompas.com - 22/04/2019, 10:46 WIB
Reni Susanti,
Rachmawati

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – “Beruntunglah jadi perempuan Indonesia,” ujar CEO SKV Group, Heera SK Vasandani mengawali perbincangannya dengan Kompas.com di De’Paviljoen Bandung, Minggu (21/4/2019).

Pemimpin empat perusahaan tersebut kemudian menceritakan pengalamannya di Hawaii 2018 lalu, saat mewakili Indonesia dalam The Canging Faces Women’s Leadership Seminar 2018.

Di acara tersebut terdapat 16 perempuan dari 13 negara, di antaranya China, Srilanka, Mongolia, Nepal, Tibet, Singapura, Thailand, Jepang, New Zealand, Amerika Serikat, dan Indonesia.

Heera mengaku, dalam pertemuan tersebut ia banyak belajar dan melihat perjuangan para perempuan di negara lain, terutama Srilanka.

Perempuan Indonesia beruntung bebas berkarya. Di sana (Srilanka) masih memperjuangkan hak perempuan, seperti di masa Kartini. Kita dah lewatin masa itu, tinggal nikmati,” tuturnya.

Baca juga: Ucapkan Selamat Hari Kartini, Ini Pesan Jokowi untuk Perempuan Indonesia

Di sebuah desa di Srilanka, sambung Heera, diskriminasi masih tinggi. Perempuan sulit untuk mengenyam pendidikan tinggi. Mereka hanya diperbolehkan sekolah hingga SD, setelah itu menikah.

Sejumlah perempuan Srilanka yang perduli terhadap itu, akhirnya membuat suatu gerakan. Mereka aktif mengedukasi agar anak perempuan bisa berkarya dan sekolah lebih tinggi.

Berbeda dengan Srilanka, perempuan Indonesia sudah masuk ke ranah politik, bisnis, dan mereka bebas berkarya.

“Tantangan terbesar (perempuan Indonesia) adalah diri sendiri,” ucapnya.

Sebab, perempuan kerap merasa bersalah ketika bekerja dan meninggalkan anak di rumah. Padahal dari faktor eksternal sudah sangat mendukung.

Hal tersebut, pernah dialaminya. Sebagai orangtua tunggal yang mengurus banyak perusahaan, perasaan bersalah terhadap anak pernah menghinggapinya.

Baca juga: Rayakan Hari Kartini, Ganjar dan Istri Gowes Bareng Keliling Semarang

Namun kemudian ia berhasil menyeimbangkan antara pekerjaan dan anak-anak. Kalaupun ia membutuhkan waktu lama untuk bepergian, sang anak akan tinggal bersama ayahnya.

Kelihaiannya membagi waktu ini pula yang menjadi salah satu aspek penting dirinya bisa mengembangkan bisnisnya dengan cepat.

Misal, untuk perusahaan Bursa Sajadah-PT Aarti Jaya. Pusat oleh-oleh haji dan umrah ini pada 2009 baru memiliki 4 cabang, meningkat menjadi 12 cabang di 9 daerah di Indonesia.

Bahkan, perusahaan yang awalnya hanya menjual dan memproduksi sajadah, kini menjual sekitar 2.000 produk oleh-oleh haji dan umrah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com