KUPANG, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat, menyebut, warganya merupakan pemakan buah pinang nomor satu di Indonesia.
Hal itu disampaikan Viktor, saat melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gereja Lahairoi Tubu, di Desa Tesbatan, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Minggu (21/4/2019) kemarin.
Namun sayangnya kata Viktor, pinang yang dikonsumsi itu kurang lebih 60 persennya didatangkan dari Provinsi Sumatera Barat.
"Orang NTT adalah pemakan pinang nomor satu di Indonesia," sebut Viktor.
Baca juga: Paskah di Kupang, Lampu Minyak Tanah Dipasang di Pinggir Jalan
Viktor pun menyayangkan kondisi itu, karena provinsi NTT yang sudah miskin ini, menyumbang ke daerah lain.
Padahal lanjut Viktor, barang yang dikonsumsi itu mampu diadakan sendiri oleh warganya.
"Tidak tanggung-tanggung, nominalnya mencapai Rp 1 miliar per hari. Sekali lagi, saya ingatkan kepada masyarakat yang sering mengonsumsi pinang, minimal agar di halaman rumahnya ditanami pohon pinang," tegasnya.
Selain Pinang, Viktor juga mengingatkan masyarakat, agar tidak lupa menanam marungga atau kelor.
Menurut Viktor, tanaman marungga ini sudah dikenal sejak dulu kala, karena khasiatnya yang luar biasa.
"Saya minta kita untuk terus menanam marungga, apalagi Amarasi adalah daerah tropis dan itu akan sangat cocok," ujar Viktor.
Baca juga: Jokowi Bakal Upayakan Penjualan Hasil Pertanian ke Depan Secara Online
Selain untuk dikonsumsi dan dipasarkan, tanaman marungga dapat diolah menjadi bahan dasar untuk membuat sabun dan shampo.
"Saat ini menurut penelitian yang saya buat, rata-rata dalam satu tahun orang NTT menghabiskan kurang lebih Rp 3 triliun, hanya untuk pemakaian sabun dan shampo," ungkapnya.
Karena itu, dirinya akan terus berupaya agar dalam waktu yang tidak terlalu lama, NTT. Mampu memproduksi sabun dan shamponya sendiri dengan bahan dasarnya dari marungga.
"Selain membanggakan, juga mampu meningkatkan PAD kita," sebut Viktor.
Baca juga: Menteri Pertanian: Daripada Sebarkan Hoaks, Lebih Baik Tanam Jagung
Viktor juga mengingatkan kepada semua pihak, baik itu pemerintah, gereja maupun pengusaha, agar peduli terhadap hasil bumi dari para petani.
Viktor mengatakan, kecerdasan dan hati harus menjadi satu kesatuan. Jangan semua pihak melihat hasil pertanian dari masyarakat sekitar, tapi hati tidak tergerak untuk membelinya.
Ke depannya, dia tidak mau petani NTT, memasarkan hasil pertaniannya sampai ke tempat yang jauh.
Ketika ada hasil panen, pihak gereja, pemerintah maupun pengusaha yang ada di lokasi itu harus cepat tanggap untuk membeli hasil yang ada.
"Dari hal kecil itu akan membuat petani kita semakin percaya diri untuk bekerja,"kat Viktor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.