Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Bapak Ingin Jaga Pemilu Ini Jujur dan Adil...”

Kompas.com - 21/04/2019, 06:47 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com – Duka mendalam masih dirasakan keluarga Letkol Inf Purnawirawan Ngadiono Supaat, petugas KPPS di TPS 13, Desa Kecomberan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.

Ngadiono telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Sabtu (20/4/2019).

Kepada Kompas.com, putra Ngadiono, Satrio Widodo (30), mengungkapkan kegigihan dan tanggung jawab bapaknya dalam melakukan tugas untuk menyukseskan Pemilu 2019.

“Dari subuh jam 04.00 sampai besoknya jam 07.00 pagi. Ke rumah pun hanya untuk buang air, shalat, terus balik lagi (ke TPS). Begitu pun dengan perjuangan teman-teman TPS yang lainnya. Nonstop enggak pulang. Bapak ingin pemilu ini benar-benar jurdil, jujur dan adil,” kata Satrio, Sabtu.

Baca juga: Polda NTT Usulkan Kenaikan Pangkat untuk Polisi yang Gugur Saat Kawal Pemilu

Ngadiono meninggal dunia diduga karena kelelahan setelah bertugas menjadi petugas KPPS.

Satrio melihat sendiri betapa sang ayah berjuang keras untuk menyukseskan Pemilu 2019 berjalan lancar.

Ngadiono sempat jatuh pada Jumat (19/4/2019) pagi. Satrio langsung membawanya ke rumah sakit.

Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan, kondisi Ngadiono sehat dan normal. Satrio percaya karena Ngadiono rajin berolahraga dan tidak memiliki riwayat sakit.

Ngadiono kembali pulang ke rumah, dan menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (20/4/2019) dini hari.

“Saya bawa lari ke rumah sakit. Papa bilang enggak mau di rumah sakit. Pulang. Saya beliin tabung oksigen. Enggak tahunya jam 02.00 WIB pagi tadi, papa minta ke kamar belakang. Mau dibangunin shalat subuh sudah enggak ada,” ujar Satrio.

Baca juga: Polri: 9 Polisi Gugur Selama Pemilu

Satrio mengungkapkan, Ngadiono pernah menjabat Komandan Kodim 0620 Kabupaten Cirebon tahun 2007–2008.

Dia mengajukan pensiun dini dan kemudian berkerja di salah satu perusahaan swasta di Indonesia.

Pekerja keras

Sri Mindarwati, istri Ngadiono, tak henti meneteskan air mata. Dia kehilangan pria yang paling dicintainya.

"Pengennya (Ngadiono) aman. Masyarakat itu rukun. Jangan ada adu domba,” kata Sri.

Sementara itu, dua Satrio Priambodo (22), putra kedua Ngadiono dan Sri Mindarwati, langsung pulang ke Cirebon bersama adiknya Yudha Yudhyanto (21).

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com