Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadir di Pidato Kebangsaan Prabowo, Gatot Nurmantyo Singgung Anggaran TNI

Kompas.com - 12/04/2019, 19:45 WIB
Ghinan Salman,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyinggung soal anggaran TNI saat menghadiri pidato kebangsaan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, di Dyandra Convention Hall, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/4/2019).

Gatot mengatakan, di APBN-P TNI saat masih menjabat Panglima TNI, TNI hanya dianggarkan Rp 6 triliun lebih. Padahal TNI memiliki jumlah personil lebih dari 445.000, mempunyai ratusan pesawat terbang tempur, ratusan kapal perang, ribuan tank, dan senjata gerak.

Sementara itu, kata Gatot, Polri mendapat anggaran Rp 17 triliun.

Bahkan, kata Gatot, ada institusi yang tidak punya pesawat tempur, anggoatanya 3.000, anggarannya mencapai Rp 4 triliun. 

"Hari ini saya perlu informasikan karena saya mantan panglima TNI. Dari segi anggaran, pada saat saya menjabat panglima TNI. Saya sudah berusaha sekuat mungkin tapi tidak berdaya," kata Gatot, Jumat.

Gatot mengatakan, anggaran tersebut seperti mengecilkan TNI.

 

"Dan Kepolisian Republik Indonesia Rp 17 triliun. Tidak ada yang salah, semuanya benar-benar saja. Tetapi ini mengecilkan Tentara Nasional Indonesia," tambahnya.

Baca juga: Saling Klaim Kubu Jokowi dan Prabowo soal Dukungan Warga NU di Jatim

Dalam pidatonya, Gatot menyebut kedatangannya karena mendapat telepon langsung dari Prabowo untuk berbicara masalah kebangsaan.

Gatot juga mengatakan kedatangannya untuk menghadiri pidato kebangsaan Prabowo karena negara dan bangsa memanggil. 

Menurut dia, masalah internasional yang harus diwaspadai adalah penduduk global. Sebab mereka tidak peduli kebangsaan, karena mereka akan bicara dan mementingkan globalisasi.

"Kalau kita tidak waspada, kita akan jadi pembantu. Inilah yang harus diwaspadai oleh pemerintahan kita. Kalau tidak negara Indonesia tidak hilang, tapi bangsa indonesia akan hilang," ujar Gatot.

Baca juga: Survei LSI: Jokowi-Maruf Ungguli Prabowo-Sandi di Segmen Pemilih Muslim

Gatot menilai, kondisi nasional sedang kritis terutama di kekuatan inti bangsa Indonesia. TNI seharusnya bisa bersatu dengan rakyat. 

Gatot menambahkan, banyak orang-orang bermasalah justru menempati jabatan-jabatan strategis.

Di akhir pidatonya, Gatot meminta semua masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam kontestasi Pemilu 17 April mendatang. Ia juga mengimbau agar sesama warga boleh berbeda pilihan, tetapi tidak memecah belah persatuan.

"Dalam kondisi seperti ini jangan sampai rakyat indonesia terpecah harus bersatu. Perbedaan itu biasa," pungkasnya.

Hadir dalam pidato kebangsaan tersebut para petinggi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Fuad bawazier, Dahnil Anzar Simanjuntak, Sudirman Said, Sufmi Dasco Ahmad, Ahmad Riza Patria, Eddy Soeparno,  Priyo Budi Santoso dan Rocky Gerung.

Selain petinggi BPN hadir pula beberapa tokoh nasional antara lain mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, mantan komisioner Komnas HAM Natalius Pigai, mantan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Syafrie Sjamsoeddin dan mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com