Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberhasilan Sake Jadi Motivasi Gubernur NTT Ciptakan Miras "Sophia"

Kompas.com - 10/04/2019, 15:23 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat menceritakan tentang awal mula dirinya memiliki ide untuk menciptakan minuman keras (miras) "Sophia" (Sopi asli) asal NTT, dengan cita rasa tinggi dan harga yang mahal.

Viktor mengatakan, beberapa waktu lalu dia mengikuti pertemuan dengan sejumlah pengusaha di Jepang.

Saat itu, salah satu perusahaan melalui pimpinannya yang merupakan seorang anak muda mempresentasikan tentang minuman asal jepang, sake.

Viktor menyebut, sake waktu itu belum dikenal luas oleh publik seperti saat ini.

"Kami yang hadir dalam forum itu kemudian disuruh mencoba minum sake. Saya pun lalu minum," ujar Viktor saat menghadiri kegiatan dialog antara Pemerintah Provinsi NTT dengan lembaga-lembaga keagamaan se-Provinsi NTT di Hotel Aston, Selasa (9/4/2019) kemarin.

Baca juga: Gubernur NTT Sebut Pengkritik Miras Sophia Tak Paham dengan Kebijakan yang Dibuat

Viktor merasa tertarik saat pemilik perusahaan itu mengatakan bahwa mereka akan membuat sake dan mengalahkan seluruh miras terbaik di dunia.

"Dia mengatakan 'sake akan menjadi minuman termahal di dunia',"kata Viktor.

Mendengar itu, Viktor kemudian berbisik ke seorang temannya asal Perancis yang duduk di sampingny bahwa perusahaan itu sedang bermimpi.

"Saya bilang mereka mungkin lagi mimpi. Mana mungkin mau kalahkan Wine Petrus 1982 yang harganya hampir mencapai Rp 150 juta per botol. Tapi rupanya memang hari ini, harga sake lebih mahal," kata Viktor.

Melihat keberadaan sake yang mulai terkenal dan mahal, membuat Viktor sempat merasa malu karena sikap pesimisnya terhadap sake.

Baca juga: Produksi Miras Sophia, Anggota DPRD Sebut Pemprov NTT Abaikan Dampak Negatif

Menurut Viktor, negara kecil seperti Jepang mempunyai mimpi yang luar biasa hebat.

Perusahaan asal Jepang itu lanjut Viktor, terus menerus melakukan penelitian sehingga mereka menemukan cita rasa sake yang tidak dimiliki negara lain dan rasanya nikmat luar biasa.

Viktor pun membandingkan harga antara minuman anggur asal Perancis dan sake dari Jepang.

Hanya Wine Petrus 1982, lanjut Viktor, mencapai Rp 150 juta. Tapi wine jenis lainnya harganya antara Rp 40 juta hingga Rp 60 juta. Termasuk wine tahun 2000 yang harganya Rp 20 juta per botol.

Untuk Sake, meski keluaran tahun berapa pun, harganya tetap Rp 150 juta per botol. Meski harganya mahal, tapi dibeli dan ludes.

"Itu namanya penelitian dan Jepang membangun pengetahuannya dengan begitu. Ini yang mau kita kerjakan dengan mimpi besar dan sejak belajar dari Jepang seperti itu. Saya kemudian mengatakan kenapa kami punya miras lokal seperti Sopi dan Moke serta Peci, kenapa tidak bisa dibuat hebat seperti sake," kata Viktor.

Karena itu, kata Viktor, dirinya kemudian berinisiatif mengembangkan miras lokal asli NTT yang diberi nama Sophia.

Viktor menyebut, masyarakat cenderung tertarik bicara tentang miras. Yang dibicarakan  yakni soal cita rasa.

Viktor juga menginginkan ada tata niaga dan tata kelola Sophia. Dia tidak ingin Sophia dijual di warung-warung. Warga yang mengonsumsi Sophia harus berusia di atas 21 tahun.

"Bukan berarti kita legalkan semua warga bisa minum mabuk. Kita ingin memproteksi produk lokal dengan tingkatkan kualitas dan menjaga sumber daya manusia kita agar tidak rusak," kata Viktor.

"Ini yang sedang kita kerjakan, sehingga saya yakin kalau kita semua konsisten, maka akan baik adanya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com