Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Kampung Pulo, Warga Tidak Pernah Didatangi Caleg Untuk Kampanye

Kompas.com - 09/04/2019, 16:07 WIB
Ari Maulana Karang,
Rachmawati

Tim Redaksi

GARUT, Kompas.comKPU menggelar sosialisasi Pemilu kepada masyarakat adat Kampung Pulo di kawasan Candi Cangkuang, Desa Cangkuang Kecamatan Leles Selasa (8/4/2019). Masyarakat menganggap, Pemilu 2019 lebih rumit dibandingkan Pemilu sebelumnya.

Hal tersebut diungkapkan, Cucu Suparman (67), tetua masyarakat adat Kampung Pulo. Ia mengaku masih menyimpan sejumlah keraguan apakah warga memahami apa yang akan dipilihnya pada Pemilu 2019, terutama saat memilih calon legislatif

“Di baliho-baliho kan ada fotonya, di surat suara tidak ada, hanya nama. Yang ada fotonya hanya calon presiden dan DPD,” katanya kepada Kompas.com  saat ditemui usai mengikuti sosialisasi Pemilu yang digelar oleh KPU Provinsi Jawa Barat.

Cucu khawatir, bisa saja warga yang sudah memiliki pilihan seorang calon legislatif, saat masuk TPS akhirnya memilih calon yang lain.

Selain itu, dibanding Pemilu sebelumnya yang pernah diikutinya, Pemilu tahun ini terbilang lebih rumit, karena ada lima kertas surat suara yang harus di coblos dan tiga diantaranya hanya mencantumkan nama tanpa foto calonnya.

Selain itu, menurut Cucu, sampai saat ini kampanye atau sosialisasi dari partai ataupun calon legislatif tidak pernah mereka dapatkan, apalagi sosliasiasi yang dilakukan hingga masuk ke masyarakat kampung adat.

“Warga kan tahunya caleg dari baliho di pinggir jalan, kalau yang datang kesini belum ada. Mangkanya, Alhamdulillah KPU mau datang kesini (sosialisasi),” katanya.

Cucu sendiri, beberapa tahun ke belakang sudah tidak lagi tinggal di Kampung Adat Pulo Langsung. Rumah yang ditempatinya di Kampung Pulo, telah ditempati anaknya karena di Kampung Adat Pulo, ada ketentuan jumlah bangunan hanya boleh tujuh. Satu musala dan enam rumah tinggal yang bentuknya tak boleh diubah.

Cucu menuturkan, bagi masyarakat adat, mendatangi TPS saat Pemilu adalah satu kewajiban yang tak bisa ditinggalkan. Karenanya, tingkat partisipasi  di wilayahnya dalam Pemilu selalu tinggi.

“Sudah jadi kewajiban, karena kita takut sanksinya kalau tidak memilih,” tegas Cucu.  Bahkan, warga yang sudah berusia lanjut pun pasti datang ke TPS.

Komisioner KPU Jawa Barat Bidang Pendidikan dan Sosialisasi, Idham Holik mengatakan, sosialisasi bagi masyarakat adat di Jawa Barat, merupakan upaya KPU memenuhi hak-hak informasi tentang Pemilu.

“Ada 11 kampung adat di Jawa Barat. Sepengetahuan saya, kebanyakan kampung adat di Jawa Barat sudah kena akses media,” katanya.

Untuk memastikan pemilih di kampung adat menggunakan hak pilihnya secara benar, pihak KPU tetap  menggelar sosialisasi secara langsung. Apalagi, dalam setiap pelaksanaan Pemilu, ada aturan-aturan baru dalam pelaksanaannya.

“Misalnya soal politik uang. Politik uang jelas-jelas jadi tindak pidana pemilu,” katanya.

Idham menegaskan, dengan memberikan penjelasan soal aturan memilih dan juga aturan-aturan baru yang ada, biasanya bagi masyarakat adat yang memiliki tradisi kuat, hal tersebut tidak akan dilanggar karena diyakini akan membawa dampak bagi mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com