Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kampung Kitiran Solo, Warganya Kelola Sampah Menjadi Emas

Kompas.com - 09/04/2019, 08:52 WIB
Muhlis Al Alawi,
Khairina

Tim Redaksi

“Lalu apa yang bisa dilakukan warga. Setelah dibahas, salah satu problem warga perkotaan adalah sampah. Untuk itu sampah dipilah berupa sisa makanan menjadi kompos dan an organiknya disetor ke bank sampah dan sisanya menjadi kerajinan tangan,” ungkap Denok.

Dikatakan, sampah yang terkumpul di bank sampah dijual ke pengepul pabrik daur ulang. Pasalnya, prinsip bank sampah menjadi perantara warga dengan pabrik daur ulang. Sementara sampah-sampah yang bisa dibuat prakarya tidak dijual ke pabrik daur ulang.

Untuk mengolah sampah, Kampung Kitiran memiliki beberapa tim kerja mulai bank sampah, pengomposan, pembibitan tanaman obat, tim kerja budaya, hingga tim kerja kerajinan tangan berbahan sampah.

Baca juga: Ada 700 Ton Sampah Plastik Per Hari, Pemkot Bekasi Perbanyak Bank Sampah
Bagi jebolan PT Astra Sunter ini, sampah menjadi pilihan karena dirinya menangkap problem di perkotaan besar itu adalah sampah. Keberadaan sampah juga melekat kesehariannya dengan warga.

"Apapun buangnya itu pasti sampah. Padahal kalau kita ngopeni (merawat) sampah maka bisa menjadi duit dan meningkatkan ekonomi," kata Denok.

Denok pun yang dahulu sudah mapan bekerja sebagai accounting 12 tahun di PT Astra memilih keluar kemudian konsen belajar pengelohan sampah lantaran keprihatinannya dengan tata kelola sampah di Indonesia. Setelah keluar dari Astra, Denok mulai berjibaku dengan pengolahan sampah di lapas hingga lima tahun.

"Banyak yang bilang you kok pekok (gila) sih. Tetapi kalau bila tidak ada yang bergerak maka Indonesia mau jadi seperti apa,” jelas Denok.

Untuk merawat sampah, kata Denok, warga harus memilah sampah. Sisa makanan masuk ke dalam tong kompos. Sementara sampah an organik seperti botol, kardus dan kertas dijadikan satu.

Sampah yang terkumpul itu lalu disetorkan ke bank sampah yang buka dua minggu sekali dalam waktu dua jam.

Baca juga: Kementerian LHK Imbau Warga Pulau Pari Bangun Bank Sampah

Tak hanya warga di RT-nya saja, RT tetangga juga ikut menyetor sampah yang terkumpul di bank sampah.

Setelah terlaksana beberapa bulan, kehadiran bank sampah menjadikan rumah dan kampung menjadi bersih. Selain itu warga menjadi rukun dan akur.

Apalagi dua minggu sekali ibu-ibu saling bersua saat menyetor sampah. Dari sisi lain tata kelola sampah baru di Kampung Kitiran itu juga mengedukasi anak-anak untuk memilah sampah sejak dini.

Dari sampah yang disetorkan di bank sampah, setiap warga bisa menabung Rp 600 ribu hingga Rp 1,2 juta setiap enam bulannya.

Maka setiap tahun, warga bisa memiliki tabungan hingga dua jutaan rupiah setiap tahunnya dari mengumpul sampah di rumahnya sendiri.

Namun dari jumlah tabungan itu, warga sepakat sebanyak 20 persen disisihkan untuk kas Karang Taruna. Dengan demikian, saat Karang Taruna menggelar acara tidak lagi meminta-minta bantuan kepada warga.

Tak berhenti di warga, beberapa pebisnis seperti hotel di daerah sekitar kampung Kitiran juga diedukasi dalam pengelolaan sampah.

Pasalnya para pebisnis semestinya harus mulai peduli kalau membuat produk pasca dipakai sampahnya dikemanakan.

“Kami juga menggandeng para pebisnis seperti hotel untuk memperhatikan pengolahan sampah. Dengan demikian, sampah seperti botol plastik dapat dijual ke bank sampah sehingga menambah pendapatan office boy-nya,” ungkap Denok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com