Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kampanye, Rudiantara Sebut Ada yang Ancam Keistimewaan Yogyakarta

Kompas.com - 07/04/2019, 22:33 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Koalisi partai pengusung pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Daerah Istimewa Yogyakarta menilai Pemilihan Umum 2019 sangat penting bagi masa depan Yogyakarta.

Juru kampanye dari Tim Kampanye Nasional Capres-Cawapres 01, Rudiantara mengungkapkan hal ini terkait adanya pihak yang mengancam keistimewaan Yogyakarta ini.

Aksi intoleran yang beberapa kali terjadi menjadi contoh bagaimana keistimewaan Yogyakarta terganggu.

Baca juga: 5 Fakta Kampanye Sandiaga di Yogyakarta, Sanjung Sri Mulyani hingga Bantah Prabowo Sakit

Rudiantara mengatakan, Gubernur DIY sampai menerbitkan instruksi untuk mengatasi gejala intoleran di daerahnya. 

"Kita percaya gubernur mengenai kebijakan bagaimana menerima perbedaan," kata Rudiantara usai memberi orasi di kampanye akbar yang berlangsung di alun-alun Wates, Kulon Progo, Minggu (7/4/2019).

Hadir dalam kampanye itu Ketua Tim Kampanye DIY (TKD) pasangan 01, Bambang Praswanto, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, dan Ketua DPRD Akhid Nuryati.

Kampanye akbar berlangsung sejak pukul 14.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Sekitar 5.000 orang ikut kampanye ini. Mereka datang tidak hanya dari Kulon Progo tetapi juga dari kota kabupaten di sekitarnya.

Kampanye dihiasi orasi. Rudiantara berorasi sambil mempromosikan 3 kartu andalan pasangan Jokowi-Ma'ruf pada peserta kampanye yang hadir.

Kampanye juga diisi hiburan, penandatanganan prasasti, juga simbolisasi pencoblosan paslon 01 pada replika surat suara.

Salah satu yang menarik pula adanya puluhan dokter yang dilibatkan dalam acara ini untuk pengobatan gratis.

Sejatinya, isu ancaman pada keistimewaan ini bukan isu baru dari kubu 01. Juru kampanye tim kampanye daerah Yogyakarta pernah mengungkap pesta demokrasi kali ini sejatinya menjadi ajang pertarungan antara kelompok pro keistimewaan Yogyakarta melawan kelompok anti keistimewaan.

Baca juga: Di Yogya, Peserta Kampanye Sempat Ricuh, Kaca Mobil Pecah Kena Batu

Bambang Praswanto menyampaikan, banyak contoh aksi kelompok anti keistimewaan Yogyakarta.

Menurut Bambang, baik partai maupun kelompok masyarakat yang anti keistimewaan Yogyakarta tidak berlabuh pada paslon nomor 01.

"Ini (pertarungan) pro keistimewaan dengan anti keistimewaan. Ya mereka semua itu berada di partai-partai di luar 01," kata Bambang beberapa waktu berselang.

Tanda-tanda kelompok anti keistimewaan itu terus tumbuh dan jejaknya terlihat di tengah warga. Contoh paling kelihatan adalah kasus anti perbedaan, keragaman, hingga anti kebudayaan yang kerap terjadi di Yogyakarta.

Hal ini membangkitkan keprihatinan masyarakat Yogyakarta. 

"Kita ini betul menguri-uri (melestarikan) kebudayaan asli Yogyakarta. Bahwa budaya yang sudah tumbuh dan berkembang itu jangan dibentur-benturkan dengan hal yang sifatnya baru. Kita tidak menginginkan kebudayaan baru. Kita tidak menghilangkan budaya yang sudah tumbuh berkembang di Kerajaan Mataram," katanya.

Dalam perjalanan, merongrong keistimewaan Yogyakarta memang tidak hanya di soal kebudayaan saja. Ada saja pihak yang mencoba merongrong semua pilar lain dari keistimewaan Yogyakarta.

"(Bahkan) seperti meminta gubernur itu dipilih seperti yang lain, contohnya. Hingga soal pertanahan," katanya.

Kelompok yang anti keistimewaan memang tidak banyak, namun mengganggu kemapanan Yogyakarta dan pertumbuhannya mengawatirkan.

"Tidak banyak mereka itu. Kira-kira 10 persen saja," kata Bambang.

Karena kondisi dalam masyarakat yang mengkhawatirkan baik di daerah maupun di tingkat nasional, Rudiantara mengajak pendukungnya mewujudkan kemenangan besar bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf di DIY.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com