KILAS DAERAH

Kilas Daerah Jawa Tengah

Cegah Penyebaran Hoaks, Ganjar Gandeng Seribu Guru Ngaji

Kompas.com - 06/04/2019, 20:12 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Untuk mencegah penyebaran hoaks di masyarakat, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengumpulkan seribu guru ngaji di Pondok Pesantren Nuril Anwar, Maron, Loano, Kabupaten Purworejo, Sabtu (6/4/2019).

Sebab menurut Ganjar, persebaran hoaks telah menyasar segala lapisan masyarakat, tidak terkecuali di kalangan para santri. Dia mengajak seribu guru ngaji Purworejo untuk melakukan pengawalan agar para santri tidak turut menyebar atau jadi korban hoaks.

Untuk itu, Ganjar bersama para guru ngaji sepakat menjadi garda depan penangkal hoaks dengan mengajarkan pendidikan karakter sejak dini pada anak-anak.

Ganjar menjelaskan, seribu orang guru ngaji tersebut mampu mengurangi penyebaran hoaks yang menyebabkan kebencian dan kemarahan.

“Kalau orang habis ngaji hatinya senang mendapatkan pencerahan berarti ngajinya bener. Tapi kalau habis ngaji kok emosi, hanya pengen perang dan marah-marah, patut dipertanyakan itu," ucap dia.

Untuk mengantisipasi hal itu, guru ngaji-lah yang harus jadi tameng kuat dan memberi penjelasan pada santri. Efeknya, kata Ganjar, kehidupan bermasyarakat lebih tenang, anak lebih berkarakter, orang lebih hati-hati, dan anak-anak bisa berkembang dengan sangat waras.

"Agar anak kita cerdasnya itu komplit, bukan sekadar cerdas intelektual tapi emosional,” terang Ganjar dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Basuki Rahmat, guru ngaji asal Winong, Purworejo, membenarkan pernyataan Ganjar. Ia mengaku sering mendapatkan aduan santri tentang makna dan cara menangkal hoaks.

"Santri kami ada yang beranjak SMA, mulai kritis dan menanyakan, hoaks itu apa, pak?" cerita Basuki.

Kepada Ganjar, Basuki merinci langkah-langkahnya menghadapi pertanyaan dan memberi penjelasan pada santri tentang hoaks itu. Menurutnya, salah satu cara mengenali hoaks adalah biasanya berisi caci maki atau menjelekkan orang lain.

"Jika di media sosial ada yang menjelek-jelekkan orang lain, jangan langsung diterima. Jangan diterima mentah-mentah, tapi digodog dulu dengan bertanya pada kiai. Selanjutnya, jangan dibagi atau dikirimkan ke yang lain, stop," terangnya.

Insentif guru ngaji

Pada kesempatan yang sama, Ganjar juga menyerahkan insentif untuk ustadz dan ustadzah se-Kabupaten Purworejo. Pemberian insentif ini merupakan perwujudan janji kampanye Ganjar Pranowo dan Taj Yasin ketika memenangka Pemilihan Gubernur Jateng 2018.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyerahkan insentif senilai Rp 205 miliar kepada 171.131 guru ngaji di Jawa TengahDok. Humas Pemprov Jawa Tengah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyerahkan insentif senilai Rp 205 miliar kepada 171.131 guru ngaji di Jawa Tengah

Ganjar berharap, dengan pemberian insentif itu, guru ngaji akan lebih meningkatkan kualitas dirinya.

"Guru ngaji itu perlu perhatian. Kalau semua wilayah bisa memberikan seperti ini mudah-mudahan guru ngaji akan merasa lebih terhormat," kata Ganjar.

Di hari yang sama, Wakil Gubernur (Wagub) Taj Yasin Maimoen memberikan pula insentif kepada 2.415 guru ngaji di Kota dan Kabupaten Magelang. Masing-masing mendapat insentif Rp1,2 juta melalui rekening Bank Jateng Syariah.

Tak hanya itu, Wagub yang akrab disapa Gus Yasin ini pun menyerahkan secara simbolis buku tabungan kepada 10 perwakilan guru ngaji dari Kabupaten dan Kota Magelang.

Didampingi Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thulab KH Ahmad Said Asrori dan Kakanwil Kemenag Jateng Farhani, dia juga menyerahkan bantuan sebesar Rp 50 juta untuk pembangunan PP Raudhatut Thulab dari Baznas Jateng.

"Saya ingin pesantren di Jateng mengembangkan ekonomi berbasis pesantren. Bikin keripik tidak apa-apa, tetapi kemasan dibuat menarik dan rasanya yang enam. Izin gratis, kami fasilitasi," kata Gus Yasin.

Salah satu penerima insentif, Masykur (63) mengakui, baru kali ini pemerintah provinsi (pemprov), dibawah kepemimpinan Ganjar Pranowo dan Gus Yasin memberi perhatian kepada ustad dan ustadzah TPQ.

Bagi guru ngaji asal Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang itu, pemprov saat ini lebih peduli dan tidak ngapusi, seperti janji yang disampaikan saat kampanye.

"Mengajar di TPQ itu bentuk keikhlasan, kami tidak pernah nggresulo. Tentunya, selain berterimakasih, semoga pemimpin kita di Jateng makin amanah, jujur lan tetep mboten korupsi, mboten ngapusi," ujarnya.

Sebagai informasi, sebelumnya pemberian insentif telah dilakukan di Kabupaten Pati kepada 5000 guru ngaji, guru madrasah diniyah, dan pondok pesantren. Total insentif pada APBD 2019 senilai Rp 205 miliar yang diperuntukkan 171.131 orang.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com