Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terus Didampingi, Korban Banjir Sentani Masih Trauma

Kompas.com - 05/04/2019, 18:24 WIB
Dhias Suwandi,
Khairina

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Memasuki minggu ketiga pascabencana banjir Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, para korban yang masih mengungsi terus mendapat pendampingan psikologis dari berbagai pihak.

Bagi para remaja hingga orang tua, pendampingan dilakukan oleh Tim Trauma Healing Sinode GKI Tanah Papua.

"Pengungsi masih trauma karena banjir bandang begitu tiba-tiba dan kehilangannya banyak sekali. Karena itu seminggu dua kali kami melakukan kunjungan untuk bisa menolong dan memberikan kekuatan kepada korban," ujar Pendeta Dora Balubun, Kordinator Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) Sinode GKI Tanah Papua, di Sentani, Jumat (5/4/2019).

Baca juga: Langkah Pemerintah untuk Meminimalisir Risiko Banjir Bandang Susulan di Jayapura

Untuk mengembalikan psikologis pengungsi, terang Dora, harus dilakukan secara perlahan.

Menurut dia, setidaknya butuh waktu tiga bulan untuk dapat memulihkan kondisi kejiwaan para korban bencana.

Para relawan dari Sinode GKI Tanah Papua turun ke semua posko pengungsian karena warga jemaat mereka yang paling banyak menjadi korban bencana banjr bandang pada 16 Maret 2019.

"Karena itu pendeta-pendeta turun untuk tidak hanya menolong, tetapi juga melakukan percakapan pastoral untuk trauma healing. Seharusnya setiap hari kita ada dengan mereka untuk melihat perkembangan psikologis korban dan supaya mereka bisa menerima situasi yang ada," tuturnya.

Pendeta Dora menyebut relawan dari Sinode GKI akan fokus memberikan pendampingan selama tiga sampai enam bulan walau para korban sudah di relokasi. Hal ini dilakukan untuk memberikan mereka penguatan.

"Untungnya GKI punya tim trauma healing dan kini kami sedang memberikan pelatihan kepada para pendeta agar mereka bisa lebih intens memberikan pendampingan," katanya.

Baca juga: Pemerintah Tanggung Kebutuhan Korban Banjir Jayapura di Pengungsian

Kondisi berbeda ditunjukan oleh anak-anak korban banjir Sentani yang ada di pengungsian dan biasa diberikan pendampingan trauma healing oleh relawan dari Wahana Visi Indonesia.

Response Manager untuk Sentani Flood Emergency Response, Andri Lumi menilai, kini anak-anak yang ada di pengungsian sudah mulai ceria, terlebih mereka sudah mulai bersekolah.

Diakuinya, kini timnya mengalami kesulitan untuk mengikuti perkembangan psikologi anak-anak karena titik pengungsian yang sebelumnya terfokus di GOR Touware dan Stadion Barnabas Yowe, mulai terpencar.

"Anak-anak sudah mulai terpencar dan kami kesulitan untuk mengikuti situasi mereka saat ini. Tetapi dari pengalaman kami, biasanya ketika aktivitas sekolah sudah dimulai itu bisa membuat anak-anak ceria," katanya.

Namun, ucap Andri, selama anak-anak masih tinggal di pengungsian harus tetap diberikan pendampingan karena mereka masih dalam proses transisi.

Selain itu, kini WVI mulai fokus untuk memberikan pendampingan trauma healing kepada anak-anak yang ada di Danau Sentani karena saat ini mereka juga tengah mengungsi.

Hanya saja, kondisi psikologis anak-anak di Danau Sentani berbeda.

"Saat ini kami juga konsentrasi ke Danau Sentani yang meluap. Tetapi anak-anak menganggap hal ini biasa dan mereka masih tetap bisa bermain walau mereka sadar rumahnya sedang terendam," kata Andri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com