Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Suku Togutil Halmahera, Bertahan Hidup di Pedalaman Hutan

Kompas.com - 05/04/2019, 13:32 WIB
Yamin Abdul Hasan,
Rachmawati

Tim Redaksi

TERNATE,KOMPAS.com - Sebanyak 5 warga di Desa Waci, Kecamatan Maba Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, menjadi korban atas penyerangan orang tak dikenal (OTK).

Dari lima korban tersebut, tiga di antaranya meninggal dunia, dan dua mengalami luka berat.

Atas kematian mereka, pihak kepolisian Polres Kabupaten Halmahera Timur merilis kematian ketiga warga dilakukan oleh orang tak dikenal (OTK), namun ada juga yang menduga kejadian itu dilakukan oleh suku yang mendiami hutan itu yakni Togutil.

Baca juga: Pulang Berburu, Lima Warga di Halmahera Timur Diserang OTK, Tiga Tewas

Siapakah Suku Togutil?

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku Utara melalui rilisnya kepada Kompas.com, Kamis (4/4/2019) menjelaskan jika Tobelo Dalam atau Togutil pada umumnya hidup berkelompok.

Saat ini, kurang lebih terdapat 21 kelompok Suku Togutil yang mendiami pedalaman Hutan Halmahera bagian tengah dan timur.

Pola hidup mereka berbeda-beda. Sebagian telah dirumahkan oleh pemerintah dan sebagian lain masih bertahan dengan tradisi nomaden.

“Pola seperti ini dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pangan pada satu tempat,” jelas Ketua AMAN Maluku Utara, Munadi Kilkoda.

Baca juga: Polisi Kejar Pelaku Pembunuhan 3 Pemburu yang Diduga dari Salah Satu Suku di Halmahera

Pola hidup juga dipengaruhi faktor internal, ketika terdapat perselisihan antar anggota kelompok. Ketergantungan Suku Togutil pada hutan cukup tinggi, bahkan hutan dalam kosmologi mereka adalah rumah, sehingga mereka melarang penebangan hutan.

Mereka memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di hutan untuk dapat bertahan hidup, baik dengan meramu sagu, dan berburu berbagai jenis binatang.

Kegiatan subsistem ini masih dipertahankan hingga sekarang. Hutan Halmahera menyimpan sumberdaya alam yang cukup untuk kebutuhan hidup Suku Togutil dalam waktu yang cukup lama.

Namun seiring waktu pembukaan lahan dan hutan untuk kepentingan perusahaan kayu, tambang, dan aktifitas masyarakat pesisir yang merambah ke wilayah mereka, membuat kelompok ini makin terjepit dan tersingkir dari ruang hidup mereka.

Sumber-sumber makanan mereka pun makin sulit di dapat. Beberapa kejadian yang dialami kelompok Akejira, salah satu nama kelompok Suku Togutil, yang menunjukan fakta tersebut benar-benar terjadi.

Sebanyak 11 anggota kelompok Akejira terpaksa harus keluar dari hutan karena kekurangan sumber pangan untuk bertahan hidup.

“Akejira sendiri saat ini berada di wilayah aktivitas perusahan tambang nikel yang menguasai wilayah hidup suku ini. Sementara 2 tahun lalu kelompok Woesopen (nama kelompok suku Togutil) terpaksa harus keluar meminta bantuan beras di perusahan kayu dengan alasan yang sama. Bahkan jika taman nasional memberlakukan aturan hukum secara ketat, dipastikan kelompok ini akan kehilangan akses pada ruang hidup dan sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan tersebut,” kata Munadi.

Baca juga: Keluar Hutan Cari Makanan, Warga Suku Togutil Serang Perusahaan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com