Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Desak Mabes Polri Ungkap Mafia Penyelundupan Komodo

Kompas.com - 05/04/2019, 09:12 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Manggarai Barat, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar aksi unjuk rasa terkait kasus penyelundupan komodo di depan Kantor Polda NTT dan Kantor Gubernur NTT, Kamis (4/4/2019). 

Dalam orasinya, mereka meminta Mabes Polri untuk turun tangan dalam menyelesaikan kasus ini, karena tindakan kejahatan penyelundupan dan perdagangan Ilegal Komodo ini telah melibatkan jaringan Internasional.

Ketua Umum Mahasiswa Manggarai Barat Kupang Alexius Easton Ance mengatakan, pihaknya mendukung penuh pihak kepolisian untuk membongkar mafia penyundupan komodo.

Mereka menilai khasus penyeludupan 41 ekor komodo, merupakan tindakan kejahatan transaksional dan salah satu bentuk mafia yang luar biasa, terstruktur dan sistematis karena jaringan ini melibatkan pihak lokal, nasional dan internasional.

Baca juga: Kapal Keluar Masuk Taman Nasional Komodo, Polisi: Sangat Berbahaya

Selanjutnya kata Alexius, pihaknya menilai pemerintah pusat tidak mampu mengelola dan mengawasi Taman Nasional Komodo (TNK) dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai penanggung jawab.

"Kami mendesak Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) yang ada di Manggarai Barat untuk segera dievaluasi kinerjanya, dimintai pertanggungjawabannya dan segera dicopot dari jabatannya. Karena dengan terjadinya peristiwa ini menunjukan bahwa kepala BTNK lalai dan tidak mampu menjalakan tugas dengan baik," kata Alexius.

Pihaknya juga mendesak Pemerintah Provinsi NTT sebagai perwakilan pemerintah pusat yang ada di daerah, untuk serius dalam memperhatikan sistem pengawasan dan keberlangsungan hidup satwa komodo.

Pemerintah Provinsi NTT, katanya, harusnya turut mengambil andil dengan tindakan nyata untuk berupaya mengembalikan satwa komodo ke habitatnya.

Baca juga: Penyelundupan Komodo dan Pencurian Rusa Bukti Kurangnya Pengawasan...

Mereka mengecam keras atas ketidakmampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat dalam menjaga wilayah kedaulatannya.

Terkait tuntutan itu, Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu, yang sempat menemui para demonstran, mengaku mendukung aksi yang dilakukan oleh mahasiswa.

"Kita mendukung apa yang mereka lakukan, karena itu adalah spririt kita untuk menjaga Taman Nasional Komodo," kata Marius.

Pihaknya lanjut Marius, mengharapkan pemerintah pusat segera memberikan wewenang kepada pemerintah provinsi NTT, sehingga rentang kendali pengelolaan Taman Nasional Komodo lebih dekat.

"Kalau wewenangnya sudah diberikan kepada Pemerintah Provinsi NTT, tentu kita bisa mendesain tata kelola dan juga managemen Taman Nasional Komodo dengan bagus," ucapnya.

Baca juga: Berhasil Ungkap Kasus Penyelundupan 41 Komodo, KLHK Apresiasi Polri

Aksi demo tak berizin

Sementara itu, Kabid Humas Polda NTT Kombes Jules Abraham Abast mengatakan, saat aksi berlangsung, semua perwira di Polda NTT sedang mengikuti kegiatan di Polair di Tenau, sehingga tidak bisa menemui para pedemo.

Apalagi kata Jules, para demonstran juga tidak memberikan surat pemberitahuan aksi tersebut kepada Polda NTT.

"Mereka tidak ada izin untuk demo. Namun begitu, aksi mereka kemarin, tetap dikawal oleh Kapolres Kupang Kota bersama anggotanya," ucap Jules.

Pantauan Kompas.com, dalam aksinya itu, mahasiswa membawa sejumlah poster dan spanduk dan menggelar orasi secara bergantian, di pintu gerbang Polda NTT dan halaman kantor Gubernur NTT.

Baca juga: Komodo Akan Kembali Liar, Jumlah Wisatawan Masuk Dibatasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com