KILAS DAERAH

Kilas Daerah Jawa Tengah

SMKN Jateng, Penyambung Asa untuk Siswa Kurang Mampu

Kompas.com - 04/04/2019, 17:32 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan membuat Nabila Asna Nusahira (16) tidak menyangka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni SMKN. 

“Bapak saya tukang parkir, untuk kebutuhan sehari-hari saja kekurangan. Saya tidak menyangka dapat melanjutkan sekolah seperti sekarang ini,” cerita Nabila yang bersekolah di SMKN Jawa Tengah (Jateng) ini.

Siswi asal Kabupaten Kebumen ini mengaku, saat masa pendaftaran dia sempat merasa pesimis karena harus bersaing dengan ribuan peserta lainnya. Namun, doa serta semangatnya untuk meraih cita-cita membuatnya tetap optimis.

“Saya hanya satu dari ribuan teman-teman yang ingin masuk ke sekolah ini. Namun berkat izin Allah, saya bisa lulus dan bisa melanjutkan pendidikan di sini,” ucap siswi yang mengambil jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif.

Nabila mengatakan, dia sangat bersyukur bisa melanjutkan sekolah di SMKN Jateng. Selain dapat melanjutkan pendidikan, orang tuanya juga tidak terbebani karena semua kebutuhan untuk sekolah gratis.

“Saya sangat bersyukur dan berharap dapat membantu meringankan beban orang tua saya. Saya akan terus belajar demi menggapai cita-cita saya menjadi orang sukses,” ujar Nabila.

Bagi anak kurang beruntung

Keberadaan SMKN Jateng seolah menjadi asa bagi anak-anak kurang beruntung secara ekonomi. Sejak dibuka oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada 2014 lalu, ribuan anak-anak telah menikmati pendidikan dari sekolah yang ada di Kota Semarang, Pati, dan Purbalingga.

SMKN Jateng merupakan sekolah berkonsep boarding school gratis milik Pemerintah Provinsi Jateng. Tahun ini, sekolah tersebut siap menampung 264 siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu dari segi ekonomi.

Menurut Ganjar, semua biaya dan kebutuhan siswa dibiayai oleh pemerintah. Termasuk seragam, buku dan kebutuhan sekolah lainnya.

“Semua kami gratiskan. Harapannya anak-anak dari keluarga tidak mampu ini kelak dapat mengubah nasib diri dan keluarganya,” ucapnya.

Agar dapat tepat sasaran, SMKN Jateng memiliki proses seleksi yang berbeda. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019 pun dilakukan lebih awal dari sekolah biasa.

Proses seleksi berbeda

Selain itu, sekolah ini juga menerapkan sistem pengecekan berlapis yang dilakukan untuk memverifikasi data pendaftar, sehingga benar-benar dapat dinikmati oleh siswa dari keluarga tidak mampu.

Kepala SMKN Jateng Semarang Yudi Wibowo menambahkan, calon peserta didik di SMKN Jateng harus memenuhi kriteria berasal dari keluarga tidak mampu.

Hal itu dibuktikan dengan Kartu Perlindungan Sosial (KPS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Keluarga Harapan (PKH), serta Surat Keterangan Tidak Mampu. Foto rumah tinggal dan fotokopi rekening listrik atau bukti pembelian pulsa listrik satu bulan terkahir juga harus disertakan.

“Jangan coba-coba menipu atau mengakali karena tim kami juga akan turun langsung ke setiap rumah untuk memastikan calon siswa benar-benar tidak mampu,” terangnya.

Tak hanya itu, mereka juga harus memiliki potensi akademis dan non-akademis yang baik, berkelakuan baik, berminat melanjutkan sekolah, dan ada dukungan dari orang tua.

Setelah mengisi form pendaftaran online, imbuh Yudi, calon siswa diminta mengirimkan formulir pendaftaran dan dokumen yang disyaratkan, untuk dilakukan seleksi administrasi dan dokumen persyaratan.

Pendaftar yang lolos seleksi dokumen akan diumumkan pada 24 April 2019 dan mengikuti seleksi tahap kedua, yaitu tes akademik pada 28 April 2019. Setelah itu, pendaftar akan mengikuti seleksi tahap ketiga, yakni psikotes, kesehatan, kebugaran, wawancara, dan visitasi.

Tahap visitasi dilakukan untuk memverifikasi kondisi ekonomi pendaftar. Jika ketahuan mengirimkan data kondisi rumah yang tidak sesuai syarat, nama pendaftar akan langsung dicoret.

“Karena sekolah ini memang khusus untuk siswa tidak mampu, sehingga dengan bekal pendidikan yang memadai akan mengubah masa depan mereka menjadi lebih baik. Ini salah satu upaya konkret untuk pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Jawa Tengah,” tandas Yudi.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com