Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Edy: Rakyat Kita Makan Daging Baru 0,5 Kg Per Orang, Malaysia Sudah 8 Kg

Kompas.com - 02/04/2019, 10:08 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi berharap daging sapi bisa didapatkan rakyat dengan harga yang terjangkau. Hal itu agar gizi anak Indonesia, khususnya di Sumut, meningkat.

Hal itu disampaikan Edy terkait rendahnya konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia, khususnya Sumut.

"Saat ini rakyat kita makan daging baru setengah kilo per orang, Malaysia sudah 8 kilo, Eropa sampai 28 kilo. Semua pihak terkait perlu bersinergi untuk mengembangkan peternakan dan menggenjot produksi ternak, khususnya sapi sehingga konsumsi daging sapi masyarakat di Sumut dapat ditingkatkan," ujar Edy dalam siaran pers, Selasa (2/4/2019).

Sewaktu bertemu dengan para pekerja rumah potong hewan dan pengusaha peternakan di kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumut awal Februari 2019 lalu, Edy mengatakan, konsumsi daging sapi masyarakat Sumut rata-rata 2 kilogram per kapit per tahun.

Baca juga: Edy Rahmayadi: ASN Kerja Saja yang Baik, Bukan Mendukung Kampanye

Berbeda dengan Malaysia yang tingkat konsumsi daging sapinya sudah mencapai 8 kilogram per kapita per tahun. Padahal, Sumut memiliki potensi yang luar biasa untuk pengembangan peternakan sapi.

"Sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk Sumut, makan daging sapi hanya saat Idul Adha, berkurban, dan pesta pernikahan saja. Mengapa begitu sulitnya daging kita, ke depan saya tak mau rakyat saya makan daging hanya dua kilogram setahun lagi," katanya.

"Saya akan menemui petani dan peternak untuk mengetahui apa yang mereka dibutuhkan. Masa kita harus selalu datangkan sapi dari Australia, kok kalah kita dari negara lain?" kata Edy.

Lahan kawasan terpadu

Gubernur Edy juga mengimbau Bupati Langkat Terbit Rencana agar segera menyediakan lahan untuk kawasan terpadu.

Lahan tersebut digunakan untuk beberapa keperluan, mulai dari peternakan sapi, pabrik pupuk organik yang menampung kotoran sapi, dan pabrik pakan ternak.

"Secepat mungkin siapkan lahan itu, supaya jagung itu dijual tidak terlalu jauh, pabrik ini yang menampung," kata Edy dikutip dari keterangan resminya usai menghadiri panen raya jagung dan anak sapi (pedet) di Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Senin (1/4/2019).

Saat ini, panen jagung untuk 1 hektar mencapai 7 sampai 8 ton dengan total jumlah 1,7 juta ton per tahun.

Ke depan, Edy menginginkan jumlah tersebut naik menjadi 8 sampai 12 ton per hektar sehingga produksi jagung Sumut menjadi 2,5 juta ton. Target ini, menurutnya, akan tercapai mengingat tanah Sumut yang begitu subur.

"Baru tiga daerah yang berpotensi besar dikembangkan karena lahan yang subur, di antaranya Humbanghasundutan, Langkat, dan Tanah Karo. Saya lihat seperti ini tidak alasan kita untuk tidak sejahtera, kalau tidak sejahtera berarti ada yang salah, saya mau ke depan benar-benar," ucapnya.

Baca juga: Gubernur Edy Rahmayadi dan Wakilnya Musa Jenguk Ani Yudhoyono

Soal harga jagung yang langsung anjlok begitu panen raya, Edy mengatakan, Pemerintah Provinsi Sumut akan menganggarkan dana ketahanan pangan untuk menanggulangi hal tersebut. Dana penetralisisir harga tersebut akan dianggarkan pada 2020 mendatang.

Kepala Dinas Pertanian Sumut Azhar Harahap mengatakan, panen jagung di Purwobinangun berada di atas lahan seluas 192 hektar. Peningkatan produksi dilakukan pihaknya melalui pemberian bantuan bibit, alat pertanian, dan pupuk sehingga dua tahun belakangan ini bisa surplus.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Dahler Lubis menimpali, tahun ini ditargetkan inseminasi sapi sebanyak 180.000 ekor. Harapan dari inseminasi tersebut lahir pedet sebanyak 90.000 ekor. Langkat adalah kabupaten dengan sentra produksi pedet terbesar di Sumut, disusul Deliserdang, dan Serdangbedagai. Pedet yang dipanen kali ini adalah hasil inseminasi 2017 sebanyak 60.000 ekor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com