MAMUJU, KOMPAS.com – Puluhan siswa sekolah dasar (SD) Negeri Samak yang menjadi korban banjir bandang di Kelurahan Bebanga, Mamuju, Sulawesi Barat, berdesak-desakan saat mengikuti proses belajar di tenda darurat yang terbuat dari terpal plastik, Senin (1/4/2019).
Saat hujan turun, aktivitas belajar kerap dibubarkan dan para siswa dipulangkan gurunya lebih awal karena kondisi sekolah darurat tersebut tak bisa digunakan belajar saat hujan.
Kondisi sekolah darurat yang di bangun warga secara swadaya ini berdiri di lingkungan pengungsian. Kondisinya sangat memperihatinkan. Guru dan siswa di sekolah darurat ini belajar dalam kondisi seadanya.
Baca juga: Gunung Retak, Ratusan Warga Mamuju BerJalan Kaki 3 Km untuk Mengungsi
Pendirian tenda dilakukan demi mengejar ketertinggalan mata pelajar sejak ditimpa bencana banjir bandang awal Maret lalu.
Di sekolah darurat ini puluhan siswa mulai dari kelas satu sampai kelas enam belajar berdesa-desakan di bawah satu tenda yang didirikan warga secara swadaya.
Dua guru berstatus honorer setiap hari berusaha membimbing para siswa yang ikut mengungsi bersama orangtuanya.
“Tempatnya panas, banyak yang mengganggu jadi tidak bisa serius belajar,” ujar salah satu siswa, Fian.
Para siswa mengaku belum bisa berkonsentrasi belajar di sekolah darurat ini untuk mengejar ketertinggalan mata pelajaran.
Tidak adanya dinding ruangan yang jadi pembatas kelas membuat konsentrasi belajar para siswa kerap terpecah dengan aktivitas warga yang lalu lalang di sekitar sekolah darurat.
Meski sudah lama belajar dalam kondisi seperti itu, hingga kini belum mendapat perhatian dari Dinas Pendidikan dan Olahraga atau pemerintah setempat.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan