BANDUNG, KOMPAS.com - Fenomena aliran air yang terjun dari kawah Guntur atau tebing barat kawah puncak Galunggung sempat mengegerkan warga Tasikmalaya.
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasabani menuturkan, jalur air terjun tersebut sebetulnya hal biasa dan sudah ada sebelumnya, bahkan kejadian serupa pernah terjadi di tahun 2017.
“Kejadian yang sama pernah terjadi pada Februari 2017, terjadi pada lokasi air terjun yang sama,” ujar Kasbani, melalui pesan singkatnya, Jumat (29/3/2019).
Baca juga: Heboh Fenomena Air Terjun di Puncak Gunung Galunggung, Ini Penjelasannya
Sebelum terjadinya fenomena air terjun di puncak Gunung Galunggung pada Kamis (28/3/2019), kata Kasbani, guyuran hujan terjadi terus menerus mengakibatkan volume air terjun membesar.
Menurut Kasbani, luncuran air terjun hanya mengarah ke dalam kawah, tidak menyebabkan penambahan volume air kawah yang keluar dari terowongan.
Setelah dilakukan pengecekan oleh pengamat Gunung Galunggung, jalur air terjun sendiri berada pada daerah bekas longsoran.
“Jalur air terjun berada di daerah bekas longsoran, adanya debit air yang besar memungkinkan ada sebagian kecil material batuan yang tergerus,” ujar dia.
Sejauh ini, kata kasbani, Gunung Galunggung masih berstatus normal (level 1) dan tidak ada peningkatan vulkanik, begitupun dengan volume air yang kini sudah berkurang. “Saat ini volume air terjun sudah menurun,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, fenomena air terjun yang turun dari kawah Guntur puncak Gunung Galunggung sempat menghebohkan warga Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (28/3/2019) sore.
Fenomenan ini pun menjadi viral di Media sosial, tampak dari video yang tersebar terlihat aliran deras terjun dari puncak Gunung Galunggung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.