Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Syuting Mahal dan Perizinan Berbelit Bikin Film di Indonesia Sulit Berkembang

Kompas.com - 28/03/2019, 10:52 WIB
Putra Prima Perdana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) Chand Parwez mengungkap alasan mengapa banyak film Indonesia yang banyak melakukan syuting di luar negeri.

Menurut pemilik rumah produksi Starvision ini, modal yang dikeluarkan untuk syuting di luar negeri jauh lebih murah ketimbang di dalam negeri.

Salah satu yang membuat mahal syuting di dalam negeri menurut dia adalah sulitnya perizinan antar instansi.

“Di Indonesia masih dianggap bahwa film itu sesuatu yang butuh dieksploitasi. Padahal film adalah bagian dari budaya, film akan berdampak positif bagi masyarakat,” kata Chand Parwez saat ditemui di Film Art Exhibition 2019 yang dilakukan di Atrium 23 Paskal Shopping Centre, Jalan Pasir Kaliki, Kota Bandung, Rabu (27/3/2019) malam.

Baca juga: Pemkot Bogor Jajaki Peluang Kerjasama Bidang Keamanan Siber hingga Industri Kreatif dengan Australia

Lebih lanjut Chand menceritakan salah satu pengalamannya melakukan syuting di New York, Amerika Serikat, dalam sebuah film yang diproduksinya.

Menurut dia, pemerintah New York sangat memudahkan perizinan. Uang yang dikeluarkan untuk perizinan pun tidak lebih dari Rp10 juta.

“Kita bisa syuting di mana saja di seluruh Ney York,” akunya.

Selain memudahkan perizinan, Chand mengatakan banyak negara yang juga memberikan insentif kepada rumah produksi dari negara manapun yang melakukan syuting film di daerahnya.

“Di luar negeri orang kalau syuting di negaranya bukan hanya dimudahkan, tapi juga dikasih insentif. Misalnya kita syuting habisnya berapa, 30 persen dikembalikan uangnya asal bisa membuktikan ini yang kita belanjakan di tempat ini,” ungkapnya.

Baca juga: Buka Lapangan Kerja, Sandiaga Akan Beri Insentif Industri Perfilman

Negara yang menerapkan hal tersebut menurut dia adalah Korea dan Jepang. Kemudahan fasilitas yang diberikan kedua negara tersebut membuat negara berjuluk negeri matahari terbit dan negeri ginseng itu meningkat pendapatannya dari sektor pariwisata.

“Bagi mereka, berapapun uang yang terserap di wilayah ekonomi akan jadi energi baru untuk ekonomi mereka.

Tapi bukan itu saja, impact pariwisatanya meningkat, itu yang dilakukan Korea dan Jepang. Waktu saya syuting film Hujan bulan Juni lalu, kita dapat fasilitas itu. Setelah syuting disana, berapapun biaya kita keluarkan, kita reimburst dan mereka setor ke kita,” bebernya.

Pengalaman pahit

Chand mencontohkan salah satu pengalaman sulitnya membuat film di Indonesia akibat perizinan yang berbelit-belit.

Dalam film berjudul “Heart”, Chand mengalami kesulitan perizinan ketika akan melakukan syuting di Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pihaknya harus bolak balik mengurus izin ke beberapa instansi seperti PTPN dan Perhutani.

Agar bisa lebih mempermudah insan perfilman dalam membuat film, Badan Perfilman Indonesia berencana membuat rencana induk perfilman nasional yang didalamnya akan menyinergikan antar instansi pemerintahan dengan insan periflman nasional.

Baca juga: Beasiswa Perfilman di IKJ, Ini Jadwal dan Syaratnya

“Problem utama di kita banyak departemen yang menangani antardepartemen. Kita harusnya duduk dan punya kesepakatan bersama. Saya di Badan Perfilman Indonesia sedang mau susun rencana induk perfilman nasional," katanya. 

Tujuannya jangan sampai ada yang mau bantu tetapi ada ganjalan. Kalau mau syuting di stasiun kereta api di Bandung enggak harus ke PT Kereta Api lagi, kalau mau pakai ini itu harus ke sana ke sini.”

Janji kemudahan izin

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Dedi Taufik mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk memudahkan perizinan pembuatan film di seluruh area di Jawa Barat. Hal tersebut dilakuka untuk meningkatkan jumlah kunjungan pariwisata ke Jawa Barat.

“Kita harus berikan kemudahan karena kalau melihat pariwisata saat ini menjadi penyumbang devisa untuk PAD, berarti haris ada komitmen dari pemerintah.Kita punya komitmen dan kemudahan yang bisa diraih insan perfilman,” akunya.

Baca juga: Kemendikbud Persiapkan 18 SMK sebagai Pemasok Tenaga Terampil Perfilman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com