Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wagub Sumut: Ekspor Jangan Hanya Menguntungkan Eksportir

Kompas.com - 27/03/2019, 07:01 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com – Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah melepas secara resmi 4.700 ton lebih komoditas pertanian senilai Rp 116 miliar lebih.

Komoditas yang akan diekspor ke 12 negara di Eropa dan Asia itu terdiri dari 819 ton lebih biji kopi, 170 ton kelapa parut, 270 ton gambir, 443 karet lempengan, 100 ton kayu manis, 234 ton lidi, 1.736 ton minyak sawit, 913 ton pinang biji, 43 teh, dan 148 ton kayu oak putih.

Musa mengatakan bangga karena ekspor dari Sumut berjalan baik. Sebelum melepas komoditas pertanian kali ini, sebelumnya Gubernur Edy Rahmayadi telah melepas kol di Tanah Karo dan ekspor sarang burung walet di Bandara Kualanamu.

"Ini prestasi luar biasa, namun ekspor jangan hanya menguntungkan eksportir, petani juga harus untung. Pengamatannya saya, petani malah tidak berdampak walau ekspornya tinggi. Petani sudah mengeluhkan harga komoditas mereka," kata Musa di PT Sari Makmur Tunggal Mandiri, di Jalan Kompos Desa Pujimulyo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang, Selasa (26/3/2019).

Sari Makmur akan mengekspor 819 ton kopi seharga harga Rp 72,92 miliar ke berbagai negara. Musa menilai, Sumut adalah penghasil kopi arabika dengan luas kebun mencapai 89 ribuan hektar dengan produksi 66 ton lebih. Kopi arabika khas Sumut telah melegenda dan diminati konsumen luar negeri.

Baca juga: Inalum Ajak Petani Sumatera Utara Budidayakan Buah Naga

Meski menjadi penghasil kopi, ketimpangan harga tak memberi petani kesejahteraan. Perusahaan eksportir seperti enggan turun ke bawah, hanya menerima dari para agen dan pengepul saja.

Ekspor kopi yang semakin kencang akhirnya tak berdampak pada petani. Minimnya informasi mengenai harga komoditas ekspor membuat penderitaan petani bertambah akibat ulah tengkulak.

"Ini perlu kita perhatikan, khususnya dinas-dinas di pemerintah Sumut, kita cari solusinya bersama-sama. Saya yakin kalau harga baik, pasti banyak muncul petani-petani lain. Begitu juga dengan perusahaan eksportir, kalau tambah banyak kebutuhan bahannya, akhirnya di lapangan harga naik," ujar Musa.

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto menekankan agar ekspor dari Sumut meningkat satu level lagi. Selama ini lebih sering mengekspor bahan-bahan mentah dan setengah jadi, ke depannya dia ingin ekspor bahan olahan melonjak.

“Kita ekspor olahannya, bukan bahan mentah lagi karena harganya akan lebih tinggi lagi nantinya. Selain itu, lebih banyak melakukan pelatihan kepada pengusaha eksportir muda agar eksportir kita lebih banyak lagi, karena bila pelaku banyak, harga semakin baik,” kata Gatot.

"Indonesia akan mencari pasar-pasar ekspor negara lain karena persaingan di negara-negara Eropa atau negara yang sudah biasa menjadi target impor semakin sulit. Pastinya pasar yang peraturannya tidak serumit dan setinggi Eropa," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil Harahap memperkenalkan aplikasi I-Mace (Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports). Aplikasi yang real time menyediakan data ekspor komoditas pertanian, tujuannya menjadi pertimbangan Pemerintah Provinsi Sumut dalam mengambil kebijakan soal komoditas tanaman pangan.

Dia juga memastikan kopi yang diekspor sudah memenuhi standar dan memiliki Phytosanitary Certificate (PC). Artinya bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dan memenuhi persyaratan standar SPS Internasional sehingga tidak ada risiko ditolak oleh negara tujuan ekspor.

Sumut, katanya, adalah provinsi keempat produsen penghasil kopi terbesar dalam negeri setelah Sumatera Selatan, Lampung dan Aceh. Kopi Sumut seperti kopi Doloksanggul, Sidikalang, Sipirok, Mandailing, dan Lintong ikut menambah devisa negara melalui ekspornya.

Pada 2018 lalu, kopi menjadi komoditas tertinggi dalam jumlah frekuensi PC yang diterbitkan Balai Besar Karantina Pertanian Belawan yaitu 3.422 sertifikat. Total kopi sebanyak 65 ton lebih dengan nilai komoditas Rp 4,901 triliun.

"Eksportir yang memiliki instalasi karantina tumbuhan atau IKT yang tersertifikasi Barantan akan membantu percepatan proses tindakan karantina dalam penerbitan PC," kata Ali.

Baca juga: Wagub Sumut Harap 90.226 Siswa di Wilayahnya yang Ikut UN Lulus 100 Persen

Pemilik PT Sari Makmur Tunggal Mandiri, Maria Gorethy menjelaskan, ada penurunan pasokan kopi dari petani yang besarannya mencapai 10 hingga 20 persen. Rata-rata perusahaannya per bulan bisa mengekspor 1.000 ton dengan kondisi harga relatif naik.

"Kopinya jadi agak mahal. Tapi kan mahal itu ada batasnya, jadi kalau terlalu mahal nanti tak pakai kopi kita lagi. Mereka cari negara lain yang jauh lebih murah dari Indonesia," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com