Pihaknya mengaku selalu membuka komunikasi dengan pemerintah terkait pembiayaan dan pengembangan teknologi yang dikembangkannya saat ini.
“Kami selalu membuka komunikasi, terkait Citarum juga kami ingin berkiprah, kami sudah berkomunikasi karena sudah action plan di mana, nah kami sedang pelajari dari hasil penelitian ini bisa dimana saja,” katanya.
Di sisi lain, pencemaran sungai Citarum juga dari limbah industri, mengingat hal tersebut peneliti LIPI memiliki satu metode yang lebih mudah dan cepat untuk memonitor zat-zat yang terkandung pada zat pewarna tekstil.
Metode ini menekan biaya monitoring dan hasilnya sesuai dengan standar nasional dan internasional.
“Ada 8 peneliti monitoring yang mengembangkan metode pemantauan berbasis green analitycal chemistry (GAC) ini, termasuk di dalamnya prosedur teknis analisis residu pestisida, polutan logam berat serta sensor kimia,” ujar peneliti LPTB LIPI, Willy Cahya Nugraha.
Sedangkan untuk pengurangan limbah plastik, LIPI mengembangkan bioplastik sebagai alternatif untuk menggantikan plastik biasa.
Bioplastik tersebut berbasis pati yang mudah diurai mikroba alami dengan cepat, hal ini berpeluang menjadi solusi limbah plastik saat ini.
“Bioplastik yang dikembangkan di lab LPTB adalah berbahan singkong. Kalau kita tanam dan dijadikan plastik dan ditanam lagi. Singkong ini diambil tepungnya, di dalam pati ini ada amylose dan amylopectine, bahan ini kami jadikan plastik,” jelas peneliti LPTB LIPI Hanif Dawam Abdullah.
Namun, dalam program pemulihan Sungai Citarum saat ini, LIPI belum dilibatkan pemerintah untuk ikut andil mengembalikan sungai Citarum.
Sungai itu ditargetkan pemerintah dalam lima tahun menjadi DAS yang layak menjadi sumber air minum bagi setidaknya 28 juta orang yang bermukim di DAS sepanjang 297 kilometer tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.