Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Palu Kini Bisa Ekspor Kelapa Olahan Tanpa Lewat Surabaya

Kompas.com - 25/03/2019, 16:36 WIB
Erna Dwi Lidiawati,
Khairina

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com –Kementerian Pertanian (Kementan) lewat Badan Karantina Pertanian (Barantan) bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) melepas ekspor perdana kelapa olahan, berupa briket dan tepung kelapa dengan total volume sebanyak 45,83 ton tujuan Brazil dan Rusia senilai Rp 1,03 miliar.

Sebelumnya, ekspor tersebut dilakukan lewat Surabaya. Namun, setelah mendapat informasi layanan karantina di Kota Palu dan pertimbangan efisiensi biaya, ekspor dilakukan langsung lewat Kota Palu.

Menurut Kepala Bidang Karantina Hewan Hidup (Barantan) Tri Wahyuni, pihaknya memang mendorong agar para eksportir kelapa tidak mengekspor kelapa dalam bentuk utuh.

Hal ini karena olahan kelapa lebih memberikan banyak keuntungan dan nilai tambah.

"Ingimnya sih langsung dari Ampana, tapi saat ini kapalnya belum ada, kami pikir ini masih tetap lebih efektif," kata Tri, Senin (24/3/2019).

Baca juga: Mentan: Dulu Kita Impor Kentang, Hari Ini Kita Ekspor

Ekspor Sulteng tiap tahun terus meningkat. Pada tahun 2018, menurut data BPS Provinsi Sulteng, nilai total ekspor seluruh komoditas mencapai Rp 265,16 triliun.

Sedangkan sumbangan dari komoditas pertanian pada 2016 masih berkisar 1,2 persen dari total nilai ekspor saat itu sebesar Rp 20,92 triliun.

Menurut Tri, dari data yang tercatat di Barantan, terdapat beberapa komoditas unggulan Sulteng yang diekspor ke berbagai negara pada 2018.

Diantaranya, kayu ebony, getah pinus, jagung, kakao, kayu olahan, kelapa bulat dan sarang burung walet, dengan nilai total sekitar Rp 222,6 miliar.

Sedangkan tujuan negara ekspor rata-rata ke China, Jepang, Vietnam, Taiwan, Thailand, Pakistan, Malaysia, Filipina, Singapura Perancis, dan Korea Selatan.

Selain ekspor briket dan tepung kelapa, Kementan dan Pemprov Sulteng juga melepas ekspor getah pinus sebanyak 302,4 ton dan 26,8 meter kubik kayu ebony, dengan tujuan China dan India dengan nilai total kurang lebih Rp 6,54 miliar.

Menurut Tri, Sulteng masih sangat berpotensi, dibuktikan dengan adanya kenaikan nilai ekspor setiap tahunnya.

Kementan, lewat Barantan, memberikan pelayanan dan dorongan pada para petani dan pelaku usaha.

Layanan tersebut berupa sertifikasi jaminan kesehatan produk sesuai persyaratan sanitary and phytosanitary measures and agreements (SPS) negara tujuan serta bimbingan pada para eksportir dan calon eksportir lewat program "Ayo Galakkan Ekspor bagi Generasi Millenial Bangsa" atau Agro Gemilang.

Seperti di daerah lain, lewat program tersebut Tri berharap dapat memunculkan semangat baru, adanya eksportir baru, dan menambah peningkatan baik volume maupun tujuan ekspor.

Baca juga: Ridwan Kamil Minta Mendag Enggartiasto Dukung Ekspor Kopi Jabar

Ia berharap, program Kementan tersebut juga didukung pemerintah daerah lewat dinas terkait yang mengetahui peta strategis komoditas pertanian yang ada.

Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu Ida Bagus Hary Soma Wijaya, mengatakan, pada 2018 ekspor kayu hitam dilakukan sebanyak 29 kali dengan total volume 140.749, 69 meter kubik. Sedangkan untuk getah pinus dilakukan 62 kali, dengan total volume sebesar 5.494,32 ton.

Soma berharap, ekspor kelapa olahan dapat seterusnya dilakukan lewat Sulawesi Tengah, sehingga bisa memberikan nilai menambah bagi semua sektor.

"Kami siap bekerja sama dan bersinergi dengan pemerintah daerah, petani dan para pelaku bisnis dibidang pertanian," ungkap Soma. 

Kompas TV Nurullita seorang karyawati di sebuah perusahaan yang bergerak di usaha ekspor - impor mengaku di pecat karena beda pilihan di Pilpres 2019. Ia melaporkan tempatnya bekerja ke Kementerian Ketenagakerjaan karena melarang kebebasan berpendapat. #Nurullita #Pilpres #Kemenaker
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com