Melalui rumah kompos tersebut, Risma melanjutkan, akan menghemat anggaran karena Pemkot Surabaya merawat taman menggunakan pupuk kompos yang diolah sendiri. Termasuk penerangan taman yang menggunakan listrik hasil dari olahan sampah.
"Warga Surabaya sangat beruntung karena penghematannya sangat besar sekali," ujar dia.
Sampah di TPA menurun
Saat ini, sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), kata Risma, sebanyak 1.400 ton. Biasanya, rata-rata sampah di TPA dulunya sebanyak 3.300 ton.
Menurut Risma, setiap tahun memang ada penurunan. Apabila sampah di TPA bisa turun terus-menerus, Pemkot Surabaya, lanjut dia, dengan penduduk mencapai 3 juta jiwa, cukup membayar 48 juta dollar Amerika untuk pembayaran TPA.
Risma mencontohkan, di Solo harus membayar 90 juta dollar Amerika, Bandung 200 juta dollar Amerika, dan Jakarta 300 juta dollar Amerika.
"Itu yang berkomentar wakil menteri ESDM. Saya coba terus kurangi (sampah) sehingga akan berkurang terus pembayaran ke TPA," terang dia.
Baca juga: Desain Alun-alun Surabaya Bawah Tanah ala Risma Siap Dikerjakan
Risma mengaku, setiap harinya akan mengirim 1.000 ton sampah untuk masuk ke TPA. Sebab, hal itu menyangkut listrik yang akan keluar dari TPA.
"TPA kami akan keluar kurang lebih 11 megawatt nantinya. Kalau kurang dari 1.000 ton (sampah), maka listriknya juga akan berkurang. Sehingga kami akan wanprestasi. Makanya sekarang ini ada 1.400 ton per hari, 1.000 ton masuk TPA, dan 400 ton kami olah," kata Risma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.