Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Taufik, Malaikat Kecil Penyelamat Turis Malaysia yang Jadi Tulang Punggung Keluarga (1)

Kompas.com - 25/03/2019, 09:01 WIB
Fitri Rachmawati,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

"Kita harus membahasakan dengan bahasa isyarat, apa pun itu. Taufik sama sekali tidak bisa mendengar. Dia lahir tanpa daun telinga, itu yang menyebabkan dia tak mendengar apa pun, dan jadi tidak bisa bicara," ungkap Renawadi.

 

Tulang punggung keluarga

Taufik bersama ketiga sepupunya diasuh oleh Siranim, sang nenek, sejak bayi. Mereka semua tak lagi tinggal dengan orangtuanya. Orangtua mereka ada yang bercerai, ada yang berburu rezeki ke Malaysia.

Kepala Dusun Lendang Cempaka, Senaru, Sarwan, mengatakan bahwa keluarga Taufik tergolong keluarga miskin.

Mereka menerima bantuan, seperti kartu sehat dan raskin, tetapi mereka tidak mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH) karena tak ada kepala keluarga.

"Kami terus mengupayakan mereka dapat PKH karena sepupu Taufik ada yang sudah bersekolah tetapi terdata di kartu keluarga bapaknya. Hanya saja dia tinggal di sini bersama neneknya" kata Sarwan.

Baca juga: Dua Jenazah Asal Malaysia Korban Longsor Tiu Kelep Dipulangkan

Sarwan sendiri kerap memperhatikan keluarga ini mengingat Taufik sejak kecil tak dirawat kedua orangtuanya.

Taufik, lanjut dia, bekerja keras untuk membantu neneknya memenuhi kebutuhan sehari-hari, terlebih lagi sang kakek merantau ke Malaysia, kedua orangtuanya bercerai, dan tiga sepupunya bernasib sama, hidup tanpa kedua orangtua.

Namun, Sarwan tak sepakat bila Taufik disebut tulang punggung keluarga.

"Dibilang tulang punggung keluarga sih endak juga karena mereka mengandalkan kiriman dari kakeknya yang merantau di Malaysia. Tapi kalau ada rezeki yang didapat dari air terjun akan diberikan ke neneknya untuk membantu biaya makan minum," ungkap Sarwan.

Baca juga: 6 Fakta 40 Wisatawan Terjebak di Air Terjun Tiu Kelep, Tiga Tewas hingga Wisata Air Terjun Ditutup

Dia lalu menegaskan bahwa anak-anak di Desa Senaru tidak dipekerjakan menjadi guide atau pemandu wisata layaknya orang dewasa.

Mereka hanya mengisi waktu luang sepulang sekolah menjadi tenaga pengangkut barang untuk mendapatkan upah seikhlasnya. Beda dengan Taufik yang tidak bersekolah.

"Dia kan sama temen-temannya sebaya banyak juga, belasan orang. Sepulang sekolah rata-rata pergi ke air terjun, setelah pulang sekolah, bukan menjadi guide secara permanen. Kadang dikasih tip seikhlasnya dari tamu itu sendiri, bukan dipekerjakan," kata Sarwan.

UPDATE: Mari kita bantu Taufik dan keluarganya agar bisa bangkit dan hidup layak. Kompas.com menggalang dana untuk Taufik melalui Kitabisa.com. Klik di sini untuk donasi. 

BERSAMBUNG: Kisah Bocah Taufik Penyelamat Turis Korban Longsor di Lombok, Ditawari Operasi oleh Malaysia (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com