Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Penderita HIV/AIDS di Kulon Progo Meningkat Drastis

Kompas.com - 25/03/2019, 07:49 WIB
Dani Julius Zebua,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan bahwa kasus HIV/AIDS di daerah itu meningkat drastis.

Sebelum 2018, penderita baru HIV/AIDS rata-rata sebanyak 20 hingga 30 orang setiap tahun. Belakangan, Dinas Kesehatan mencatat jumlah kasus penyakit tersebut melonjak menjadi 53 penderita baru pada tahun 2018. Sebanyak 10 penderita di antaranya meninggal dunia.

Sementara, temuan kasus baru itu belum menunjukkan jumlah penderita sesungguhnya. Dinkes memperkirakan hanya 10-15 persen saja penderita yang terungkap selama ini. Jumlah riil diprediksi bisa 450 penderita. 

"Baru sedikit yang bisa kami temukan, sedangkan yang belum terungkap masih sangat banyak. Target kami adalah menemukan kasusnya dan mencegah risiko penularannya pada daerah-daerah yang berpotensi terjadi penularan melalui kontak darah maupun seksual," kata Baning Rahayujati, kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinkes Kulon Progo, Minggu (24/3/2019).

Baca juga: Sejumlah Fakta Terkait 14 Siswa HIV/AIDS di Solo Dikeluarkan dari Sekolah

Untuk mencegah penyebaran HIV/ADIS, Dinkes bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) melakukan beragam cara, salah satunya dengan cara aktif menemukan dan membantu pengobatan bagi penderita baru. 

Kedua lembaga ini menitikberatkan penemuan penderita baru pada beberapa titik rawan penularan HIV/AIDS, seperti tempat karaoke hingga ruang terbuka publik Alun-alun Wates. Minimal 10 titik dalam satu tahun.

Ibu hamil juga akan menjalani serangkaian tes untuk mengantisipasi sang ibu yang mengidap HIV/AIDS agar tidak menularkan penyakit ini kepada anaknya.

"Seluruh ibu hamil yang kami periksa itu negatif HIV/AIDS. Tapi kami pernah menemukan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) sedang hamil," kata Baning

Mereka juga memperhatikan beberapa komunitas yang memiliki risiko besar tertular, seperti kaum homoseksual, waria, penghuni rumah tahanan, hingga ibu rumah tangga. Pada semua titik rawan ini, Dinkes dan KPA membuka konsultasi sekaligus penawaran tes secara sukarela.

"Kami melakukan pendampingan kepada kelompok berisiko secara rutin," kata Baning.

Tambang dan prostitusi

Kegiatan penambangan tumbuh di Kulon Progo, seperti sepanjang Sungai Progo wilayah Kecamatan Sentolo, Lendah, dan Galur. Daerah pertambangan seperti ini juga menjadi titik rawan penularan HIV/AIDS.

Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kulon Progo, Eka Pranyata mengatakan, pola dan jam kerja dunia pertambangan hingga perputaran uang yang sangat besar memiliki korelasi dengan kegiatan prostitusi liar.

Baca juga: Sekolah Pengganti Disiapkan bagi 14 Siswa Pengidap HIV/AIDS di Solo

Hal seperti ini jamak terjadi. Kebanyakan, mereka berasal dari kuar Kulon Progo. Mereka menyediakan bangunan non permanen sebagai ruang prostitusi. Warung-warung yang tumbuh di sekitarnya pun kerap dimanfaatkan sebagai arena prostitusi.

"Kalau bicara kerentanan penularan penyakit, sebetulnya bisa di mana saja selama ada aktivitas seksual di situ. Kita hanya bisa 'memagari' agar tidak terjadi kerawanan sosial," kata Eka.

Karena itu, kawasan pertambangan pasir jadi salah satu upaya Dinkes dan KPA untuk bisa menanggulangi penyebaran virus ini. Dinsos sendiri membantu Dinkes dalam rehabilitasi penderita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com