Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cun Ming Ungkap Kejanggalan Matinya Ratusan Hiu di Karimunjawa secara Mendadak

Kompas.com - 22/03/2019, 18:24 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Khairina

Tim Redaksi


SEMARANG, KOMPAS.com - Pemilik penangkaran hiu di Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa, Jawa Tengah, Minarno atau Cun Ming (81) mengaku sangat kehilangan atas matinya ratusan ikan Hiu di penangkapannya.

Merawat ikan selama 50 tahun, ratusan ikannya mati mendadak, pada Kamis (7/3/2019) lalu. Ia tak habis pikir mengapa hiunya bisa mati dengan cara seperti itu.

"Saya belum tahu matinya kenapa. Makanya saya mau tahu matinya kenapa. Saya bawa sampelnya ke laboratorium," kata Cun Ming, saat ditemui di Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang, Jumat (22/3/2019) sore.

Baca juga: Polisi Tunggu Hasil Laboratorium Penyebab Kematian Ratusan Hiu di Karimunjawa

Dikatakan Cun Ming, bahwa ia telah merawat ikan predator itu selama 50 tahun terakhir. Selama itu pula, tidak pernah ada kejadian hiunya mati.

Ada lima kolam budidaya ikan di Pulau Menjangan Besar yang dia kelola. Dua dari lima kolam berisi hiu indukan atau yang melebihi 20 tahun. Sementara tiga sisanya diisi ikan konsumsi.

Ia pun tidak ingin menduga matinya hiu itu apakah ulah orang jahil atau penyebab lainnya.

Ia memilih membawa sampel daging, jeroan, insang, dan air kolam ke ke Balai Besar Veteriner di Wates, Yogyakarta. Butuh waktu sekitar 21 hari untuk mengetahui penyebab kematian.

Ia membawa ke tempat itu karena di laboratorium di Jepara di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau tidak mampu meneliti penyebab kematian.

"Air di kolam itu berwarna kuning. Padahal kolam lainnya warnanya putih," ujar pria berambut putih ini.

"Saya kalau matinya alami bisa terima, tapi kalau karena penyebab lain pasti saya kejar sampai kapanpun," tambahnya.

Cun Ming berharap kepolisian dapat menyelidiki secara serius kematian ratusan hiu di Karimunjawa.

"Saya minta polisi, kemarin saya laporkan bahwa kematiannya tidak wajar. Saya ndak tahu matinya kenapa," jelasnya.

Baca juga: Insang, Potongan Daging, dan Jeroan Hiu Karimunjawa Diteliti

Sebelumnya, Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono memastikan jajarannya menindaklanjuti laporan kematian ratusan hiu tersebut.

Polisi telah membentuk tim dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus dan Polres Jepara untuk melakukan penyelidikan.

"Tim sudah dikirim ke sana. Langkah awal kami adalah melakukan klarifikasi kepada pemilik penangkaran itu, izin-izin penangkaran ada atau tidak sedang kami klarifikasi," kata Condro, seusai gelar pasukan pengamanan kampanye terbuka dan TPS Pemilu di Lapangan Simpang Lima Semarang, Jumat (22/3/2019).

Condro mengatakan, kepolisian terus bergerak untuk melakukan penyelidikan terkait matinya hiu tersebut.

Namun demikian, polisi juga tengah menanti hasil laboratorium penyebab kematian ikan-ikan tersebut.

"Hasil lab akan keluar kurang lebih 15 hari lagi. Kemarin hasil lab dari Jepara tapi belum bisa, dan kemudian (sampel) dikirim ke Yogya," tambahnya. 

Kompas TV Pascabanjir bandang yang terjadi di Kota Sentani, Kabupaten Jayapura. Warga perumahan BTN Sosial menemukan 3 ekor ikan hiu yang terbawa arus banjir. Di duga hiu terbawa dari Pegunungan Cycloop. Ikan hiu berukuran kurang lebih 30 sentimeter ini ditemukan warga dalam keadaan masih hidup. Menanggapi temuan itu Peneliti Kelautan dan Perikanan Universitas Cenderawasih, John Kalor mengungkapkan bahwa ikan hiu yang ditemukan warga adalah Hiu <em>Blacktip Shark</em> yang hidup di sekitar terumbu karang. Diduga ikan tersebut dipelihara oleh warga. #HiuSiripHitam #BanjirBandang #Sentani
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com