Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insang, Potongan Daging, dan Jeroan Hiu Karimunjawa Diteliti

Kompas.com - 22/03/2019, 16:20 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Upaya mencari penyebab kematian 110 hiu Karimunjawa masih terus berlangsung. Beberapa bagian tubuh dari hiu yang mati itu dikirim untuk diuji laboratorium Balai Besar Veteriner dari Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Penanggung jawab penerimaan sampel BBB Veteriner, drh Laksmi Widyastuti mengungkapkan, bagian tubuh itu merupakan sampel yang siap uji. Sampel masuk satu pekan lalu.

Sampel berupa air, irisan daging ikan, insang, dan jeroan di antaranya saluran pencernaan. "Yang masuk itu berupa organ dan air. Sudah masuk sejak 14 Maret 2019," kata Laksmi di kantornya, Jumat (22/3/2019).

BB Vet berniat mencari tahu unsur apa saja yang terkandung dalam sampel hiu. Hasilnya bisa menjadi bahan diagnosa penyebab kematian hiu bagi yang memerlukan.

Baca juga: Ratusan Hiu yang Mati Mendadak di Karimunjawa Ditangkar Sejak Puluhan Tahun

 

Menurutnya, balai hanya menguji dan bukan bagian dari yang turut membuat diagnosa penyebab kematian hiu.

"Karena diagnosa itu memerlukan banyak faktor untuk mengetahui penyebab kematian. Kami di sini hanya menguji," kata Laksmi.

Karena itu, pihaknya juga tidak bisa mengungkap pengirim maupun hasil, karena alasan terikat kode etik pada konsumen. Terlebih, dalam kasus kematian hiu ini pihak balai bukan sebagai bagian dari pengungkap penyebab kematian.

"Sebaiknya kita menjaga kerahasiaan konsumen. Penguji di belakang juga tidak tahu siapa (pengirim sampel)," katanya.

Baca juga: Polisi Terjunkan Tim Selidiki Kematian Ratusan Hiu di Karimunjawa

Laksmi juga mengungkap sampel tiba di laboratorium jauh setelah kabar kematian satwa. Sela waktu bisa saja mempengaruhi hasil nanti lantaran pengaruh pembusukan.

"Kemungkinan kualitas organ bisa kurang baik. Hasil pun tentu masih dipertimbangkan dengan saat datang, kondisinya layak atau tidak. Seharusnya fresh," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan hiu ditemukan mati di penangkaran milik Cun Ming (81) di Jepara, Jawa Tengah, pada Kamis (7/3/2019).

Hiu tersebut berjenis karang hitam (Carcharinus melanopterus) dan hiu karang putih (Triaenodon obesus). Kematian hiu-hiu itu masih misteri hingga kini.

Baca juga: 110 Hiu di Penangkaran Karimunjawa Mati Mendadak

Selain hiu, turut mati ikan jenis lainnya yang berada di penangkaran itu, seperti puluhan ekor ikan kambing dan ikan tyger. Bersama dengan kematian itu, pengelola menemukan air kolam berwarna kuning.

BB Veteriner berniat menguji seluruh sampel sebagaimana permintaan si pengirim. Soal waktu menguji, dirinya mengakui tidak bisa memprediksi berapa lama.

"Tergantung pengujiannya nanti," katanya.

BB Veteriner sendiri sejatinya menginduk ke Kementerian Pertanian. Balai mengusung kesehatan semesta, baik bagi manusia, hewan dan lingkungan, salah satunya melalui fungsi layanan laboratorium yang bisa menguji berbagai bakteri, virus dan parasit.

Baca juga: INFOGRAFIK: 110 Ekor Ikan Hiu di Karimunjawa Tewas Mendadak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com