Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inaq Suri Menanti Jokowi Melintas di Depan Gubuk Miliknya agar Dibangunkan Rumah Pasca-gempa Lombok 2018

Kompas.com - 22/03/2019, 12:17 WIB
Fitri Rachmawati,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

LOMBOK, KOMPAS.com - Kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (22/3/2019), dinantikan oleh seorang perempuan berusia lanjut, Inaq Suri (85).

Inaq Suri kini masih tinggal seorang diri di sebuah gubuk di bawah pohon mangga, dengan terpal biru seadanya. Inaq menanti pembangunan rumah yang tak kunjung tiba.

Inaq Suri merupakan salah satu korban gempa Lombok 2018 yang rumahnya hancur dan sampai sekarang belum mendapatkan pengganti.

Harapan bertemu Jokowi itu setelah dia mendengar bahwa orang nomor 1 di Indonesia ini dijadwalkan meninjau lokasi pembangunan rumah tahan gempa di Pengempel Indah, Kelurahan Bertais, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram

Inaq mengetahui informasi bahwa Jokowi akan mendatangi lokasi tersebut dengan melewati gubuk reot miliknya.

Baca juga: Kisah Taufik, Bocah Disabilitas dari Lombok yang Jadi Pahlawan Warga Malaysia

Diantara deretan rumah tahan gempa bantuan pemerintah, di Pengempel, hanya Inaq Suri yang kini masih bertahan dan tinggal  di bawah gubuk.

"Saya tinggal di sini sendirian, rumah saya belum jadi. Saya sakit, dada saya ini kena reruntuhan rumah waktu gempa," katanya kepada Kompas.com.

Inaq Suri tampak mengggunakan dua tongkat penahan kakinya yang tak kuat menopang.

Wajahnya nampak sedih melihat pembangunan rumah tahan gempa bantuan pemerintah yang mengepung terpalnya. Namanya tak lagi ada dalam warga yang rumahnya akan dibangun, mengingat rumah miliknya telah beralih nama menjadi milik sang anak dan menantunya.

Seri, salah seorang keponakannya menuturkan, Inaq Suri memang mengungsi di bawah pohon mangga dan menitipkan barang miliknya.

"Dia memang mengungsi di bawah pohon mangga itu. Namanya sudah terdaftar atas nama anaknya, bukan atas nama Inaq Suri. Rumahnya sudah dijual oleh anaknya bernama Selamat kepada saudaranya yang lain, yang kemudian membeli dan mengatasnamakan rumah itu atas nama menantunya. Begitu sudah, jadi tidak ada nama Inaq Suri terdaftar, tapi nama anaknya, dia bisa tinggal di sini kalau sudah dibangunkan" kata Seri.

Seri mengatakan, bagaimana Inaq Suri berjuang bertahan hidup setelah tubuhnya tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri. Sellama sebulan Suri dirawat di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB untuk menjalani perawatan.

"Susah memang kalau pendataannya tidak sesuai dokumen atau surat-surat tanah atau rumah yang kita miliki. Jadi memang begitu jadinya masalahnya Inaq Suri ini, ndak dak namanya karena nama surat surat rumah dan tanahnya atas nama anaknya," kata Seri.

Baca juga: 4.400 Rumah Rusak Berat akibat Gempa Magnitudo 5,8 di Lombok

Para tetanggapun nampak tak begitu perduli, mereka tak banyak tahu apakah nama perempuan malang ini terdaftar atau tidak.

"Saya dak tahu, itu urusan ketua saja (ketua Pokmas), saya dak tahu apa dia terdaftar atau tidak" kata Erik, tetangga Inaq suri.

Berdasarkan aturan, tim Pokmas (kelompok masyarakat) hanya akan mendata mereka yang memiliki bukti sah kepemilikan rumah atau berdasarkan keterangan RT dan lurah setempat.

Nama Inaq Suri memang tak terdaftar, apalagi akan mendapatkan buku rekening, atau bantuan rumah.

Inaq Suri mengaku telah menjanda sejak lama. Kini dia hanya mengandalkan belas kasihan anak-anaknya, karena tak lagi memiliki tempat tinggal sendiri. Dia menumpang di rumah yang dulu adalah miliknya, tentu sangat menyedihkan bagi perempuan lanjut usia ini.

Jika Presiden datang ke Pengempel dan bertemu dengannya, Inaq Suri berharap bisa meminta dibangunkan rumah

"Saya mau minta rumah, diperbaiki rumah " katanya dengan mata berkaca.

Inaq Suri tak banyak memahami aturan administrasi bagaimana mendapatkan rumah atau tempat tinggal.

Perempuan yang mengandalkan kursi roda dan tongkat pembantu berjalan ini kerap berharap didahulukan mendapatkan bantuan rumah tinggal yang layak, sebagai tempat berteduh di sisa hidupnya.

Di Pengempel, Kelurahan Bertais ini, menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB), Doni Monardo, tercatat 125 rumah rusak berat. Baru 17 rumah yang terbangun dan siap ditempati dan masih ada 108 rumah yang masih dalam proses pengerjaan.

"Alhamdullilah progresnya makin bagus, 108 unit masih dalam progres, rata-rata sudah di atas 70-80 persen. Baik Pokmas, fasilitator, unsur-unsur dari BPBD dan TNI mengatakan dalam kurun waktu satu bulan ke depan bisa rampung semua," kata Doni.

Data seluruh wilayah NTB yang terdampak gempa, dari 66.000 lebih rumah rusak berat, baru 16.000 rumah tahan gempa yang dibangun hingga Maret 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com