Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini Gunung Agung Meletus Dua Kali

Kompas.com - 17/03/2019, 20:01 WIB
Kontributor Bali, Robinson Gamar,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Kasubid Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Wilayah Timur Devy Kamil Syahbana mengatakan, hari ini Gunung Agung di Karangasem, Bali, erupsi sebanyak dua kali. 

"Hari ini, sejak pukul 00:00 WITA hingga saat ini erupsi terjadi sebanyak dua kali," kata Devy melalui siaran resmi, Minggu (17/3/2019).

Baca juga: Gunung Agung Kembali Meletus, Abu Berwarna Kelabu Terlihat di Sanur

Erupsi pertama terjadi pada pukul 08.03 WITA dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 500 meter di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah timur.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 5 mm dan durasi kurang lebih 39 detik.

Erupsi kedua terjadi pada pukul 10.30 WITA dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 600 meter di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah timur.

Baca juga: 5 Desa Terdampak Hujan Abu Letusan Gunung Agung

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 5 mm dan durasi kurang 1 menit 16 detik.

Secara seismik, kata Devy, aktivitas Gunung Agung masih didominasi oleh gempa-gempa dengan konten frekuensi rendah yang mencerminkan aktivitas di kedalaman dangkal berupa Gempa Hembusan dan sesekali terjadi Gempa Letusan.

Kegempaan frekuensi tinggi yang mencerminkan peretakkan batuan di dalam tubuh gunung api akibat pergerakan magma di bawah permukaan berupa gempa vulkanik dalam maupun vulkanik dangkal masih terekam dengan intensitas relatif rendah.

"Dominannya kegempaan dengan konten frekuensi rendah dibandingkan dengan konten frekuensi tinggi mencerminkan bahwa aliran fluida magmatik ke permukaan relatif lancar karena sistem cenderung terbuka," ujar Devy.

Devy mengatakan, secara deformasi, dalam satu bulan terakhir Gunung Agung mengalami fluktuasi berupa inflasi atau penggembungan maupun deflasi atau pengempisan.

Volume magma yang bergerak di bawah permukaan teramati dalam jumlah yang kecil (kurang dari 1 juta meter kubik.

"Data deformasi masih mengindikasikan aktivitas Gunung Agung masih belum stabil dan masih berpotensi terjadi erupsi dengan skala kecil," ucapnya.

Secara penginderaan jauh, citra satelit termal mengindikasikan masih adanya hotspot
atau titik panas di kawah Gunung Agung terutama pada bagian lava yang berbatasan dengan dinding kawah.

Hal ini mengindikasikan masih adanya pergerakan fluida magma ke permukaan. Namun, dengan laju rendah.

"Kubah lava di dalam kawah masih relatif tidak berubah dari periode erupsi 2017-2018 yaitu sekitar 25 juta m3 atau sekitar 40 persen dari volume kosong kawah," ujar Devy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com