Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curug Dago yang Tercemar Kotoran Sapi Ancam Keberadaan Prasasti Raja Thailand

Kompas.com - 14/03/2019, 20:58 WIB
Putra Prima Perdana,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com- Air yang mengalir di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Juanda, Kota Bandung, Jawa Barat, tercemar limbah kotoran sapi.

Kepala Balai Tahura Ir H Djuanda, Lianda Lubis mengatakan, air yang mengalir di Tahura tercemar limbah kotoran sapi dari sejumlah peternakan sapi yang berada di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Bandung Barat, hulu Sungai Cikapundung.

“Limbahnya dari hulu, perlu ada upaya pengurangan limbah cair yang masuk ke air seperti kotoran sapi dan limbah domestik dari pasar-pasar,” kata Lianda seusai acara forum group discussion (FGD) "Penyelamatan Curug Dago" yang digelar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di Hotel Kedaton, Jalan Viaduct, Kota Bandung, Kamis (14/3/2019).

Baca juga: Mengunjungi Curug Dago, Air Terjun yang Tercemar di Kota Bandung

Lian mengatakan, limbah kotoran sapi ditambah limbah rumah tangga dari pemukiman sekitaran Tahura membuat air terjun di Curug Dago juga ikut tercemar. Hal tersebut mengancam keberadaan dua prasasti bersejarah Raja Siam alias Thailand.

Prasasti pertama ditulis oleh Raja Rama V dalam dua kali kunjungannya ke Kota Bandung pada tahun 1896 dan 1901. Prasasti kedua ditulis oleh Raja Rama VII dalam kunjungannya pada tahun 1929.

Meski prasasti tersebut saat ini sudah terlindungi oleh sebuah bangunan kecil berwarna merah, bukan berarti prasasti tersebut menjadi aman dari air Curug Dago yang tercemar.

Lian menjelaskan, kekhawatiran rusaknya prasasti Raja Siam tersebut lantaran ketika musim hujan, air yang mengfalir dari Curug Dago bisa lebih banyak dari biasanya. Hal tersebut megakibatkan muka air yang tercemar meninggi dan masuk ke dalam bangunan pelindung prasasti.

“Air sungai sangat asam, PH-nya di bawah empat. Ini bisa merusak batu alami di situ, orang enggak bisa masuk ke air, bisa gatal dan kudisan,” ujar Lian.

Baca juga: Berbusa Lagi, Pemkot Sebut Kali Bekasi Tercemar Limbah Deterjen

Ketua Umum Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia Wiwin Djuwita Ramelan mengatakan, tercemarnya air sungai Cikapundung yang terjun ke Curug Dago jelas mengancam keberadaan prasasti bersejarah tersebut.

Untuk itu, penyelamatan prasasti Raja Siam perlu dilakukan sesegera mungkin.

“Paling urgen adalah penyelamatan prasasti yang diawali dengan kajian wajib. Enggak bisa main comot, harus ada kajian. Dalam kajian penyelamatan itu harus ada kajian kerusakan, itu bahan yang wajib didahulukan. Kerusakan di sini melihat kondisi sekarang PH airnya di bawah empat, itu bisa cepat merusak batu,” ungkapnya.

Wiwin menambahkan, penyelamatan bisa dengan cara memindahkan prasasti atau membuat perlindungan yang kuat di lokasi yang sama.

“Mau diselamatkan ke museum mau tetap di situ terserah, yang jelas harus ada kajian,” ujarnya.

Wiwin menilai perlu ada kajian nilai-nilai penting yang mengiringi prasasti tersebut. Sebab, data-data tentang kedua prasasti Raja Siam tersebut terbilang minim.

“Curug Dago ini miskin data, masih banyak yang debatable. Penyelamatan harus ada kajian nilai-nilai penting supaya ketika ditetapkan sebagai cagar budaya. kita punya argumen apakah nilai penting sejarah, arkeologis,nilai penting sosial, budaya, itu wajib ada,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com