Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Curug Dago, Air Terjun yang Tercemar di Kota Bandung

Kompas.com - 14/03/2019, 17:36 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Nama Curug Dago atau air terjun Dago tidaklah familiar bagi para pemburu wisata yang datang ke Kota Bandung untuk melancong. Padahal, air terjun ini cukup mudah ditempuh dari tengah Kota Bandung.

Perjalanan menuju Curug Dago cukup mudah. Dari terminal Dago, tinggal turun ke jalan Dago Pojok, jalan alternatif Bandung menuju Lembang yang berada di seberang terminal.

Setelah menuruni jalan sekitar 300 meter, terdapat sebuah gang kecil yang muat untuk dua sepeda motor. Di mulut gang terdapat papan petunjuk arah menuju Curug Dago.

Setelah menyusuri gang sempit, jalan diteruskan menyusuri jalan warga sampai ke sebuah jembatan penyeberangan kecil. Jembatan tersebut tepat berada di atas Curug Dago yang masih satu aliran dengan Sungai Cikapundung.

Dari jembatan kecil, perjalanan dilanjutkan menyusuri tangga yang lumayan terjal. Di sini perlu ekstra hari-hati. Karena selain curam, menjelang lokasi air terjun, jalan setapak berupa tangga yang basah dan berlumut karena tetesan air dari tebing di pinggirnya menjadi licin.

Sesampai di lokasi, perasaan takjub akan menyelimuti beberapa saat saja. Selain bisa melihat air terjun dengan debit air yang cukup besar, di lokasi ini juga terdapat dua bangunan kecil berwarna merah yang di dalamnya terdapat situs sejarah berupa prasasti yang ditulis oleh dua Raja Thailand, yakni Raja Rama V di tahun 1902 dan Raja Rama VII di tahun 1929.

Baca juga: BNPB Sebut Banjir di Kabupaten Bandung karena Meluapnya Sungai Citarum

Suasana alam di Curug Dago cukup asri dengan dikelilingi tebing dan rimbunnnya pepohonan. Meski demikian, jangan pernah berpikir untuk menyentuh air di sungainya. Sebab, air yang mengalir berwarna cokelat, bahkan terkadang hitam.

Tercemarnya air di Curug Dago disampaikan Balai Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Lianda Lubis, selaku pengelola kawasan Curug Dago. Air terjun sudah tercemar sejak dari hulunya.

“Hati-hati kalau menyentuh air di Curug Dago. Orang enggak boleh masuk ke air, bisa gatal-gatal dan kudisan,” kata Lianda, Kamis (14/3/2019).

Penyebab pencemaran

Pria yang akrab disapa Lian ini menjelaskan, kotoran sapi dari sejumlah peternakan sapi di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat mendominasi limbah yang masuk ke air di Curug Dago. Jika musim kemarau tiba, air akan mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap.

“Kalau sudah masuk musim kemarau, gas metan suka meletup,” katanya.

Tidak hanya itu, padatnya permukiman antara Curug Dago dan Tahura Ir Juanda yang terpisah seluas 3 kilometer ikut menambah pencemaran air.

“Yang masuk ke air juga ada limbah domestik (rumah tangga) dan limbah cair. Karena berbatasan dengan permukiman, sungai juga jadi tempat pembuangan sampah oleh masyarakat. Curug Dago ini perlintasan antar kampung,” tuturnya.

Lian menambahkan, pihaknya sudah kewalahan untuk menangani masalah pencemaran di hulu Sungai Cikapundung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com