Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UGM Berencana Ternak Rusa Totol untuk Capai Swasembada Daging 2022

Kompas.com - 13/03/2019, 15:15 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com –Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (PIAT UGM) tengah melakukan penelitian ternak spesies rusa totol yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi.

Upaya ini guna membantu pemerintah memenuhi kebutuhan daging konsumsi di masyarakat, menuju Indonesia Swasembada Daging 2022.

Koordinator Lapangan Peternakan dan Kesehatan Hewan PIAT UGM, Dian Astuti, menceritakan latar belakang UGM melakukan ternak rusa totol. UGM beternak rusa totol, karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, jumlah ternak sapi di Indonesia menurun.

Sementara itu, target swasembada daging terus mengalami kemunduran, dari semula tahun 2020 menjadi tahun 2022.

"Kami berpikiran, kita punya rusa, ada rusa timor, rusa totol, rusa bawean, kenapa tidak digunakan sebagai penghasil daging. Itu cuma ide liar teman-teman di UGM awalnya," kata Dian kepada Kompas.com Rabu (13/3/2019) siang.

Tahap penelitian

Saat ini kegiatan ternak rusa di UGM masih ada di tahap penelitian. Rusa-rusa yang semula ada di kawasan Bulak Sumur, saat ini dipindah di kawasan Berbah untuk ditangkarkan.

"Mulai 2017 kita riset bagaimana perkembangan populasi rusa totol. Terus perbandingan daging baru tahun 2018 kemarin, hasil penelitian teman-teman UGM," ujar Dian.

Dari penelitian itu, ditemukan kandungan kolesterol pada rusa totol lebih rendah daripada jenis daging lain, seperti kambing, ayam, dan babi.

Sehingga potensi peternakan rusa ini sangat mungkin untuk diterapkan ke depannya, terlebih rusa di Indonesia masih tersedia dalam jumlah yang cukup banyak.

Baca juga: BKSDA Maluku Lepas Liarkan Tiga Ekor Rusa ke Habitatnya di Hutan Pulau Seram

Proyeksi sebagai daging premium

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Universitas Gadjah Mada (@ugm.yogyakarta) on Mar 12, 2019 at 4:10am PDT

Terbatasnya jumlah peternakan yang menyediakan daging rusa, membuat daging ini nantinya belum bisa memenuhi pasar secara masif. Karena hal itu, Dian menyebut bahwa daging rusa tidak akan dipasarkan di supermarket.

"Tapi kalau semua pengin nyicipi daging rusa jadi habis juga, makannya kami tetap mencoba mengkonservasi itu. Bagaimana caranya peternakannya jalan. Tapi kalau daging, kelasnya kelas premium, lah, seperti daging-daging impor itu," kata Dian.

Peternakan yang dilakukan oleh UGM nantinya tetap berbasis konservasi. Jadi, keberadaan rusa akan tetap ada, meskipun dimanfaatkan sebagai hewan konsumsi.

Kualitas daging

Daging binatang, tidak hanya rusa yang didapatkan melalui proses perburuan. Namun, binatang hasil buruan biasanya menghasilkan daging yang alot, karena stres.

Untuk itulah UGM mencoba untuk menangkarkan rusa, menjinakkan mereka yang didapat dari alam liar, untuk mendapatkan daging dengan kualitas terbaik.

Saat ini, pihaknya masih dalam tahap peningkatan populasi rusa-rusa tersebut.

"Biar rusa itu tidak diburu, kita mengupayakan bagaimana caranya mengonsumsi daging rusa secara legal," kata Dian.

Saat ini, perawatan dan ijin penangkaran rusa ada di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com