Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyiksaan Orangutan dengan Senapan di Aceh Sudah 4 Kali Terjadi

Kompas.com - 13/03/2019, 13:22 WIB
Raja Umar,
Khairina

Tim Redaksi


BANDA ACEH, KOMPAS.com-Penyiksaan terhadap orangutan dengan menggunakan senapan angin yang terjadi baru-baru ini di Subulussalam merupakan kejadian yang keempat kalinya terjadi di Aceh sepanjang 2010 hingga 2019. 

Penyiksaan itu mengakibatkan satu ekor bayi orangutan jantan yang berusia satu bulan mati. Sementara, induknya mengalami luka parah dengan kondisi 74 butir senapan angin bersarang di tubuhnya. 

“Penyiksaan orangutan dengan menggunakan senapan angin di Aceh itu merupakan kejadian keempat sejak Tahun 2010 sampai dengan 2019, pertama di Aceh Tenggara, di Aceh Selatan, di Aceh Timur dan terakhir di Subulussalam,” kata Kepala BKSDA Aceh Sapto Aji, saat dikonfirmasi di kantornya, Rabu (13/3/2019).

Baca juga: Induk Orangutan Terluka dengan 73 Peluru Bersarang di Tubuh

Sapto menyebutkan, untuk mengungkap pelaku penganiayaan terhadap satwa dilindungi orangutan sumatera (Pongo abelii) itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK, melalui Balai Penegakan Hukum LHK Wilayah Sumatera.

BKSDA akan mengusut tuntas kasus kematian bayi orangutan sumatera dan penganiayaan induknya di Subulussalam itu.

“Mudah-mudahan pengusutan kasus penyiksaan orangutan itu terungkap, karena lokasinya berada di kebun warga. Kemudian, saat proses evakuasi ada satu orang warga yang meminta ganti rugi karena dia mengaku terluka dicakar oleh orangutan, diduga saat ingin mengambil anaknya,” sebutnya.

Selain melakukan pengusutan, BKSDA juga akan berkoordinasi dengan Kapolda Aceh agar dapat dilakukan penertiban peredaran senapan angin ilegal.

Sebab, jelas disebutkan dalam peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2012, penggunaan senapan angin hanya untuk olahraga dan harus memiliki ijin.

“BKSDA juga akan berkoordinasi dengan Polda Aceh untuk penertiban senapan angin ilegal yang selama ini banyak beredar di kalangan masyarakat,” ucapnya.

Baca juga: Seorang Petani di Aceh Timur Terluka Diserang Orangutan di Kebun Durian

Sapto menambahkan, dari hasil pemeriksaan di Pusat Karantina di Sibolangit, induk orangutan yang telah berusia 30 tahun itu memiliki berat badan 35,68 kilogram, dengan kondisi rambut kusam dan kulit bersisik dengan status dehidrasi lebih dari 10 persen.

Di bagian mulut ditemukan bengkak banyak bekas luka dan memar, sementara mata kanan mengalami bengkak dan telah rusak permanen atau buta.

“Bagian mata sudah mengecil dan berwarna putih susu, kemungkinan kerusakan terjadi lebih dari 2-3 bulan yang lalu, mata kiri rusak, dengan pendarahan di bagian kornea dan pupil, diakibatkan tembakan 3 butir peluru senapan angin. Luka lebam di seluruh tubuh, terutama bagian kedua tangan, luka sayatan terbuka di beberapa bagian,” rincinya.

Induk orangutan yang dievakuasi dari perkebunan warga di Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Sultan Daulat, Subulussalam, Aceh itu telah diberi nama Hope. Kondisinya hingga kini masih belum stabil dan berada di kandang treatment karantina Sibolangit untuk mendapatkan perawatan intensif selama 24 jam.

“Hope yang berarti harapan. Dengan harapan, Hope bisa pulih dan bisa mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik,” ujar Sapto.

Kompas TV Keprihatinan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi Provinsi Sumatera Utara terhadap orangutan yang berada di Batang Toru membuat lembaga ini meminta sebuah bank pemberi dana hydrodam PLTA Batang Toru menghentikan bantuannya. <br /> Dengan menggunakan kostum orangutan, relawan dari Walhi Provinsi Sumatera Utara ini mendatangi kantor sebuah bank yang berada di Jalan Kapten Maulana Lubis. Berbagai poster penolakan pembangunan PLTA Batang Toru pun di bentangkan. Kedatangan Walhi ke kantor bank untuk memberikan surat permohonan untuk menghentikan dana yang digunakan untuk pembangunan PLTA Batang Toru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com