Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan PT Monokem Surya Terkait Tailing Pasir Zirkon di Dekat Citarum

Kompas.com - 11/03/2019, 11:34 WIB
Farida Farhan,
Khairina

Tim Redaksi

Kompas TV #PresidenJokoWidodo meninjau proyek #terowonganair #NanjungMargaasih di kawasan Bandung Selatan, Minggu (10/3). Presiden Joko Widodo memantau beberapa titik di proyek terowongan air. Sebelumnya, pembangunan terowongan air ini dibangun dengan panjang 230 meter. Terowongan ini bertujuan untuk memperlancar aliran Sungai Citarum Curug Jompon demi mengatasi banjir di Bandung, seperti daerah Dayeuhkolot dan Baleendah.

Willy mengungkapkan, dari hasil uji lab Medialab Indonesia yang diterima ForkadasC+ dari DLHK Karawang terkait Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) sesuai PP 101 tahun 2014.

“Pernyataan PT Monokem keliru, tailing pasir zircon PT Monokem termasuk limbah B3 kategori 2 kalau berdasarkan TCLP Medialab Indonesia” kata Willy.

Menurut Willy, tailing pasir zircon tersebut mengandung cadmium (Cd) diatas TCLP-B yang artinya tailing tersebut tidak bebas dari B3.

Ia menyebut, cadmiun (Cd) dalam bentuk bubuk atau serbuk sangat berbahaya.

"Jika terhirup bisa menyebabkan penyakit pneumonitis, dan ini tailingnya dibiarkan tergunduk di wilayah yang mudah terbawa angin maka sangat berisiko," kata Willy dikutip dari rilis yang diterima Kompas.com, Senin (11/3/2019).

Berangkat dari hal itu, Willy memberi saran kepada PT Monokem Surya untuk mematuhi peraturan yang berlaku terkait limbah B3 dan tidak mencari pembenaran atas kesalahan penimbunan di belakang pabrik dekat Sungai Citarum.

Apalagi, kandungan Beryllium (Be) dan Lead/Timbal (Pb) diatas TCLP-C. Willy mengaku khawatir banyak pekerja di perusahaan tersebut terpapar penyakit kronis berilium (CBD), jika K3 di perusahaan tidak diterapkan dengan baik.

“Apalagi hasil dari Bappetan belum keluar terkait kandungan radioaktifnya, jadi alangkah baiknya PT Monokem memperbaiki apa yang belum baik dari pada mencari pembenaran atas kesalahan," katanya.

Baca juga: Jokowi Targetkan Terowongan Pengendali Banjir Citarum Rampung Akhir 2019

Sementara itu Ahmad Munirul, HRGA Section Manager PT Monokem Surya mengungkapkan, parameter cadmium dalam limbah anodizing adalah <0,15 mg/L.

Namun, pada pelaporan di Certificate of Analysis tertulis <0,25 mg/L sesui dengan limit deteksi metode laboratorium PT Medialab Indonesia.

Hal itu sesuai dengan surat keterangan yang dikeluarkan PT Medialab Indonesia nomor 003/MI-MT/I/2019 dan ditandatangani Assc. Technical Manager PT Medialab Indonesia Jesica Astriani.

Sedangkan dalam Certificate of Analysis hasil uji sampel limbah tertulis kandungan Cadnium <0,25 dengan regulator limit TCLP-B 0,15 mg/L.

Sebelumnya, warga Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, memprotes adanya penimbunan dan pengarugan tailing pasir zirkon PT Monokem Surya di Desa Amansari, yang lokasinya berdekatan dengan Sungai Citarum, persawahan, dan pemukiman warga.

Sejumlah pemuda melaporkan hal tersebut ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang, Selasa (18/12/2018) siang.

Mereka menyerahkan dua bungkus plastik hitam berisi sampel pasir zirkon yang diambil dari lokasi.

Mereka meminta DLHK segera melakukan peninjauan ke lokasi, dan mendesak pihak perusahaan tidak lagi menimbun, serta melakukan pengarugan limbah.

Warga khawatir akan terjadi pencemaran air tanah dan air permukaan, pencemaran udara, serta terganggunya kesehatan dalam jangka panjang dikarenakan efek radioaktif dari timbunan tailing perusahaan tersebut.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com