Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Banjir Bandang di Madiun Menurut Gubernur Jatim Khofifah

Kompas.com - 08/03/2019, 06:33 WIB
Muhlis Al Alawi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Saat berkunjung di lokasi yang terdampak bencana banjir bandang Madiun, Kamis (7/3/2019), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa menjelaskan tentang penyebab bencana banjir di beberapa kabupaten sebulan terakhir.

Mantan Menteri Sosial itu menyebut kurangnya sudetan Sungai Bengawan Solo yang mengalir di berbagai anakan sungai menjadi faktor penyebab banjir.

"Dulu saya pernah mendapatkan konsultasi dari pakar air. Semestinya dari bengawan solo harus ada lima sudetan. Dari lima sudetan ini ternyata masih ada dua. Jadi tinggal tiga titik yang belum," ujar Khofifah disela-sela kunjunganya melihat daerah terdampak bencana banjir di Balerejo di Kabupaten Madiun, Kamis (7/3/2019).

Terhadap fakta itu, ia sudah menyampaikan kepada tim untuk menyempurnakan tata ruang wilayah Jawa Timur. Dengan demikian bisa dipetakan kabupaten-kabupaten mana yang bisa menyiapkan lahan untuk dijadikan sudetan dari Bengawan Solo.

"Kalau kita kebutuhannya lima kemudian baru bisa dua sudetan maka potensi meluapnya sungai bengawan solo yang mengalir kali-kali tertentu tidak bisa diselesaikan secara tuntas dan jangka panjang. Maka kita masih menemukan banjir di Lamongan, dan Bojonegoro," kata Khofifah.

Baca juga: Banjir Bandang di Madiun, Tol Caruban-Solo Ditutup hingga Ribuan Warga Mengungsi

Ditanya pembangunan jalan tol menjadi salah satu penyebab banjir di Madiun, Khofifah menyatakan bahwa intensitas hujan tinggi dan daya dukung tanggul tidak cukup akan membuat kondisi tetap banjir.

Lampaui standar

Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Charisal Akdian Manu yang mendampingi Khofifah menyatakan, curah hujan melampaui standar kemampuan arus sungai menjadi penyebab banjir di Kabupaten Madiun.

Baca juga: Was-was Kembali Diterjang Banjir, 1.500 Warga Madiun Memilih Mengungsi

Charisal mengatakan, sebelum banjir menerjang, curah hujan empat sampai lima jam terjadi dan menyebar di daerah aliran sungai. Kondisi itu melampaui batas kewajaran hingga membuat tanah jenuh dan fungsi resapan berkurang.

"Tanah menjadi jenuh dan fungsi resapan berkurang dan menjadi aliran permukaan sehingga masuk ke sungai hingga terjadi luapan. Tak hanya itu, desakan daya resap air tinggi membuat tanggul jebol dan meluap ke dataran rendah," demikian Charisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com