Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] 3 Prajurit TNI Gugur di Nduga | Banjir Bandang Tutup Tol Caruban-Solo

Kompas.com - 08/03/2019, 05:29 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

3. Saat Sule dan Dedi Mulyadi bicara Pilpres 2019

Entis Sutisna atau yang karib disapa Sule menjadi bintang tamu dalam acara Mitembiyan Ngaruwat Taman Giri Harja yang digelar di Kampung Cilodong, Desa Cikopo, Kecamatan Bungursasi, Kabupaten Purwakarta, Rabu (6/3/2019).

Saat sesi bincang santai, Sule yang duduk bersama Dedi Mulyadi sempat ditanyakan oleh wartawan soal dukungan politiknya di ajang Pilpres 2019 mendatang.

“Wah, enggak bisa dong, itu mah hak privasi,” kata Sule disambut gelak tawa Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta tersebut.

Dedi Mulyadi mengatakan, Sule bukan pendukung Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Baca berita selengkapnya: Ketika Dedi Mulyadi dan Sule Bicara Pilpres 2019

4. Tentang sebutan kafir, PHDI apresiasi NU 

Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, I Nyoman Sutantra.KOMPAS.com/GHINAN SALMAN Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, I Nyoman Sutantra.

Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) menyambut baik hasil kajian hukum atau Bahtsul Masail Maudluiyyah pada Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar PBNU tentang pembatasan penggunaan sebutan kafir bagi umat non-muslim.

Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, I Nyoman Sutantra, mengatakan, sebutan kafir diakuinya memang berpotensi menimbulkan gesekan dan ketersinggungan. Karena itu pihaknya menyambut baik hasil keputusan Munas PBNU tersebut.

"Iya, baik (keputusan Munas PBNU). Kalau (kafir) itu kan sering membuat tersinggung. Tapi kalau kita (umat Hindu) tak pernah tersinggung untuk itu (disebut kafir)," ucap Sutantra, di Surabaya, Rabu (6/3/2019).

Baca berita selengkapnya: PHDI Hormati Keputusan NU Soal Pembatasan Sebutan Kafir

5. Situs bersejarah diduga warisan zaman Majapahit

Lokasi ditemukannya situs purbakala diduga rumah masa Kerajaan Majapahit di Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.Dokumentasi Warga/Gigih Lokasi ditemukannya situs purbakala diduga rumah masa Kerajaan Majapahit di Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Situs purbakala diduga rumah peninggalan zaman Kerajaan Majapahit ditemukan di kawasan Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Situs itu berada di jalur pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur Andi Muhamad Said mengatakan, timnya sudah melakukan pengecekan ke lapangan.

Analisis sementara, situs purbakala itu merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang berjaya sejak tahun 1293 hingga 1500 Masehi.

"Kalau memperhatikan foto-foto yang di-upload teman-teman komunitas, menunjukkan bahwa ukuran batanya menyerupai bata masa Majapahit dan terlihat ada struktur yang masih intak," katanya kepada Kompas.com melalui pesan tertulis, Kamis (7/3/2019).

Baca berita selengkapnya: Situs Purbakala Diduga Rumah pada Masa Kerajaan Majapahit Ditemukan

Sumber: KOMPAS.com (Andi Hartik, Ghinan Salman, Putra Prima Perdana, Muhlis Al Alawi, John Roy Purba)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com