Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswi yang Meninggal dan Wisuda Digantikan Sang Ayah Sakit Saat Sidang

Kompas.com - 01/03/2019, 16:47 WIB
Raja Umar,
Khairina

Tim Redaksi


BANDA ACEH, KOMPAS.com-Rina Muharrami, mahasiswi Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang meninggal 2 minggu usai mengikuti sidang skripsi merupakan sosok yang baik dan pintar.

Bahkan, dalam kondisi sakit, Rina mampu menyelesaikan skripsi selama waktu 3 bulan.

“Rina mahasiswa bimbingan saya, alhamdulillah proses pembuatan skripsi mulai draf sampai dengan selesai perbaikan selama waktu tiga bulan, anaknya baik dan pintar,” kata Dr. Sri Suyanta, M.Ag, dosen pembimbing Rina Muharrami saat dihubungi Kompas.com, Jum’at (01/03/2019).

Sri Suyanta mengaku baru mengetahui bahwa mahasiswi bimbingan skripsinya itu menderita sakit tipus, satu hari menjelang sidang skripsi yang telah ditentukan oleh fakultas pada Kamis (24/1/2019).

Sebab, Rina mengabarinya melalui pesan WhatsApp bahwa tidak dapat mengikuti sidang lantaran sakit.

“Rina minta maaf tidak dapat ikut sidang besok karena sakit, lalu saya balas kepada Rina mohon diusahakan kalau besok sehat agar dapat mengikuti sidang skripsi ke kampus. Yang penting datang saja dulu, nanti saya kondisikan dan beri tahu ke temanmu bahwa kamu sakit,” katanya.

Baca juga: Kisah Seorang Ayah di Aceh Hadiri Wisuda Gantikan Putrinya yang Meninggal

Selang beberapa jam setelah membalas pesan Rina melalui WhatsApp, kemudian Sri Suyanta kembali menelepon ulang Rina.

Namun, yang mengangkat teleponnya saat itu adalah adik dari almarhum Rina dan dia menjelaskan, kakaknya sedang berada di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh.

“Kakak sakit di RSUZA, sekarang didampingi oleh ayah, jawab adiknya saat saya telepon, kemudian saya minta lah nomor ponsel ayahnya untuk saya hubungi agar dapat berbicara langsung dengan Rina,” jelasnya.

Tak berapa lama setelah itu, ternyata Bukhari, ayah Rina yang duluan menghubungi Sri Suyanta dan kembali mengabari bahwa Rina sedang di RSUZA.

Sehingga,  Sri pun meminta kepada ayahnya agar ponselnya diberikan kepada Rina sehingga dia dapat berbicara langsung.

“Saya tanya ke Rina bagaimana kondisi sakitnya, Rina bilang tidak rawat inap dan hari ini juga bisa pulang karena sudah sembuh," ujar Sri.

"Nah berarti besok kamu bisa ikut sidang kan, saya tanya. Rina menjawab, Insya Allah Pak, lalu saya beri motivasi lagi agar Rina tetap semangat untuk mengikuti sidang besok,” kisah Sri.

Tepat hari Kamis (24/01/2019), sesuai dengan jadwal sidang yang telah ditentukan oleh pihak jurusan, ternyata Rina sudah duluan menunggu proses sidang di depan ruangan sejak pukul 11.00 WIB.

"Jadwal sidangnya mulai pukul 12.00 WIB, pukul 11.00 WIB, Rina sudah lebih awal menunggu di depan ruangan sidang, kemudian proses sidang berlangsung. Alhamdulillah, Rina selesai dengan hasil yang memuaskan,” sebutnya.

Sri Suyanta menyebutkan, saat proses sidang, Rina mampu mempresentasi laporan skripsi dan menjawab pertanyaan penguji dengan baik tanpa ada kendala.

Namun, Rina sempat beberapa kali ditegur oleh dosen penguji karena pandangannya sering kosong. Akan tetapi, saat diajukan pertanyaan, dia mampu menjawab dengan baik dan benar.

“Karena tatapannya sering kosong, Rina sempat beberapa kali ditegur penguji, tapi saat ditanya dia mampu menjawab, setelah dia ikut sidang, Pukul 16.00 WIB, saya keluar. Saya lihat dia masih di depan ruangan menunggu kawannya yang lain selesai sidang," katanya.

Sri menambahkan, itu lah pertemuan terakhirnya dengan Rina. Dosen itu sempat mempertanyakan kesehatan Rina dan gadis itu menjawab bahwa ia sudah sehat. Sri pun sempat menyemangati Rina.

Kompas TV Indah Permata Sari tak ingin melewatkan salah satu momen paling bersejarah di hidupnya, wisuda. Meski itu berarti Indah dan keluarga harus bersusah payah menyeberang sungai karena jembatan utama di Jalur Lintas Sumatera putus diterjang air bah. Untuk menghemat waktu dengan riasan terpulas indah menyingsing kebaya dan toga kebanggaannya agar cepat tiba di seberang sungai. Sesampainya di seberang bukan berarti perjuangan mahasiswi Universitas Padang ini selesai. Indah dan keluarga masih harus berjuang saling membantu melalui jalur berlumpur dan licin. Ia harus berjalan lagi melalui permukiman warga menuju ke jalan utama. Di mana keluarga lainnya telah menunggu siap membawa Indah ke resepsi kelulusan yang sudah 5 tahun dinantikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com