Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLB Rabies di di Dompu, Bagaimana Virus Ini Bisa Mematikan?

Kompas.com - 01/03/2019, 07:24 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak 22 Januari 2019, Pemerintah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies di kabupaten tersebut sejak anjing liar menggigit 192 warga.

Sementara itu, data hingga 18 Februari 2019, kasus gigitan anjing yang terpapar virus rabies yang terjadi di Kabupaten Bima, NTB, telah mencapai 654 orang termasuk enam warga Dompu meninggal dunia.

Bagaimana virus ini bisa sangat membahayakan?

Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (PTVz) Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, mengingatkan bahayanya virus ini.

Menurut dia, virus rabies bisa jadi mematikan karena menyerang susunan saraf pusat dan berlangsung dalam proses yang cepat.

Baca juga: Dompu NTB KLB Rabies, 825 Warga Jadi Korban Gigitan Anjing Gila

"Hal ini menyebabkan radang otak akut dan biasanya menyebabkan kematian 7-10 hari setelah muncul gejala klinis rabies. Utamanya susunan saraf yang disebut ensefalomyelitis, menjadi radang pada otak dan susunan saraf," ujar dr. Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (28/2/2019).

Nadia mengatakan, virus rabies menjangkiti manusia melalui air liur hewan yang sudah terinfeksi virus rabies atau bisa juga melalui luka yang terbuka.

"Penyakit ini bersifat fatal, karena apabila penderita rabies telah menunjukkan tanda klinis, maka kasus rabies selalu berakhir dengan kematian, baik pada hewan maupun manusia," ujar Nadia.

Ia menjelaskan, jika hewan yang terinfeksi virus rabies ini menggigit orang atau hewan lain, maka virus ini akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau mukosa.

Namun, tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh. Kemudian, virus ini bereplikasi dan menjalar dari susunan saraf perifer ke susunan saraf pusat.

Baca juga: Antisipasi KLB Rabies, Ratusan Anjing Liar di Kota Mataram Diracun

Seteleh terinfeksi, muncul beberapa gejala klinis, antara lain perubahan tingkah laku seperti mencari tempat yang dingin atau menyendiri, agresif atau menggigit benda-benda yang bergerak, memakan benda-benda yang tidak seharusnya menjadi makanannya, hiperseksual, mengeluarkan air liur berlebihan, inkoordinasi, kejang-kejang, dan paralisis/lumpuh.

"Bahkan penderita bisa alami kematian dalam waktu 14 hari, namun umumnya mati pada 2-5 hari setelah tanda-tanda tersebut terlihat," ujar dr. Nadia.

Sementara, gejala rabies yang terlihat jika terinfeksi terhadap manusia, yakni muncul gejala radang otak akut, seperti hiperaktivitas, kejang-kejang, atau kelumpuhan.

Virus rabies ini juga bisa menyebabkan kematian pada manusai karena gagal pernafasan pada hari ke 7-10 sejak timbul gejala pertama (onset) dan mempunyai riwayat gigitan oleh hewan penular rabies (HPR).

Upaya Pemerintah

Dari Mataram dilaporkan, Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram Mutuwalli mengatakan, sebagai tindak lanjut dari KBL rabies ini, Tim Dinas Pertanian dan Kedokteran Hewan Kota Mataram melakukan eliminasi dengan meracun ratusan anjing liar dengan racun strichnine untuk mengantisipasi hewan peliharaan terinfeksi rabies.

Menurut Nadia, cara paling efektif untuk mencegah penyebaran virus rabies meluas dengan cara vaksinasi.

"Cara yang paling efektif adalah vaksinasi rabies pada seluruh hewan pembawa rabies. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berperan bila terjadi gigitan rabies maka mencegah terjadinya kematian karena case fatality rate akibat rabies adalah 100 persen," ujar dr. Nadia.

"Jadi untuk tindakan pada hewan dan menyatakan suatu daerah bebas rabies adalah peranan Kementerian Pertanian (Kementan)," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com