Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Santri Golput, KPU Jombang Disarankan Aktif ke Pesantren

Kompas.com - 28/02/2019, 22:01 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jombang, Jawa Timur, disarankan tidak hanya menunggu kedatangan santri yang tidak pulang saat pelaksanaan Pemilu 2019, untuk mengurus dokumen pindah tempat memilih.

Estimasi belasan ribu dari luar daerah yang tinggal di pesantren-pesantren di Kabupaten Jombang perlu menjadi perhatian penyelenggara pemilu agar potensi golput santri yang tidak pulang saat hari H pemungutan suara bisa dicegah.

Salah satu pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU) Rejoso Jombang, Zahrul Azhar Asumta mengatakan, peran aktif penyelenggara pemilu untuk mendatangi pesantren sangat diperlukan.

Langkah aktif ke pesantren diperlukan untuk memberikan edukasi kepada santri terkait penggunaan hak pilih saat tidak pulang ke rumah, ataupun membuka posko pelayanan dokumen pindah memilih atau form A5.  

Baca juga: 9.433 Lembar Surat Suara di KPU Palopo Rusak Terkena Tinta dan Robek

Jika KPU tak bergerak aktif mendatangi pesantren, lanjut Gus Hans, sapaan akrabnya, dikhawatirkan banyak santri yang masuk DPT Pemilu 2019 tidak menggunakan hak pilihnya.

"KPU di daerah lain melakukan upaya jemput bola untuk memfasilitasi santri yang mengurus dokumen pindah memilih. Kami mengapresiasi langkah itu dan kami menunggu KPU Jombang melakukan langkah yang sama," katanya saat ditemui di kediamannya, Rabu (27/2/2019).

Hal senada disampaikan anggota Komisi X DPR RI, Muhammad Suryo Alam.

"Harapan kami jangan sampai ada yang golput," katanya saat ditemui di sela-sela kunjungan kerja dalam rangka reses dan penyerahan bantuan sosial dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di SMAN Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang, Kamis (28/2/2019).

Menurut Suryo Alam, potensi belasan ribu santri yang tidak pulang tetapi terdaftar dalam DPT Pemilu 2019 di daerah asalnya perlu disikapi secara bijak oleh KPU.

KPU di daerah diharapkan tidak hanya menunggu santri yang ingin tetap menggunakan hak pilihnya meski tidak pulang saat pemilu. Langkah aktif KPU Jombang diperlukan agar potensi golput di kalangan santri asal luar daerah bisa ditekan.

"Kalau tahu datanya, tahu lokasinya ya jemput bola. Kalau santri kan terkumpul di dalam pesantren-pesantren," ujar Suryo Alam.

Memang, lanjut Suryo Alam, langkah jemput bola oleh KPU Jombang tidak harus dengan membuka posko pelayanan form A5 di dalam pesantren. Namun, edukasi pentingnya menggunakan hak pilih bagi santri meski tidak pulang saat hari H pencoblosan sangat penting disampaikan kepada santri.

"Jemput bola, tanya siapa saja yang berasal dari luar daerah. Sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat, (KPU) perlu turun, sampaikan kalau tidak pulang, mereka (santri) masih bisa ikut milih atau tidak," kata politisi dari Partai Golkar ini.

Suasana di lingkungan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Selasa (19/2/2019).KOMPAS.com/MOH. SYAFII Suasana di lingkungan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Selasa (19/2/2019).
Berdasarkan estimasi dari perkumpulan pesantren, Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) Jombang, jumlah santri pemegang hak pilih diperkirakan sebaanyak 12.000 santri. Sebagian besar di antaranya berasal dari luar daerah.

Belasan ribu santri tersebut tersebar pada 200 lebih pesantren yang ada di Kabupaten Jombang. Mereka adalah santri kelas 3 SMA/MA, serta mahasiswa pada perguruan tinggi di lingkungan pesantren.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com