Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reaksi Tetangga Tersangka Kasus Video "Jika Jokowi Terpilih, Tidak Ada Lagi Azan"

Kompas.com - 28/02/2019, 16:55 WIB
Farida Farhan,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - IP, salah satu tersangka kasus video "Jika Jokowi Terpilih, Tidak Ada Lagi Azan", dikenal sebagai warga biasa, bukan anggota partai maupun simpatisan politik.

Ketua RT 002 RW 003, Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang, Lilis mengaku, kaget dengan apa yang menimpa IP.

Sebab, setahu Lilis, tetangganya itu hanya penjual nasi uduk biasa dan tidak aktif dalam dunia politik.

"Sehari-harinya masak, jualan uduk, atau terkadang menerima pesanan. Anaknya ada yang baru mau genap (berumur) enam tahun. Jadi, saya enggak menyangka itu," kata Lilis, saat ditemui Kompas.com, di rumahnya, Kamis (28/2/2019).

Baca juga: Lima Fakta Kasus Video Jika Jokowi Terpilih, Tidak Ada Lagi Azan, Kubu Prabowo Bantah Terlibat hingga Dijerat Pasal Tindak Pidana Umum

Lilis mengaku, sudah mengenal IP sejak lama. Ia pun mengetahui perkara yang menimpa IP setelah ramai pemberitaan.

"Sudah kenal sejak lama sebelum pindah di sini," kata dia.

Kompas.com juga menyambangi rumah IP. Namun, pagi itu, rumahnya sepi. Meski begitu, ada cucian baju yang tengah dijemur.

Di bagian depan atas rumah terdapat spanduk bertuliskan Posko Pemenangan Prabowo Sandi. Di jendela juga terdapat beberapa tempelan stiker.

"Saya tidak tahu. Kami kaget, tahu juga dari berita," kata salah seorang tetangga yang enggan menyebutkan nama.

Kompas.com kembali menuju Suparjo alias Abah Ajo di kontrakan miliknya. Abah Ajo adalah lelaki yang juga ada dalam video tersebut.

Hanya saja, Abah Ajo tak ada di tempat. Istrinya, Latifah, mengaku belum bertemu abah.

"Abah belum pulang. Saya juga lagi cari Abah," kata Latifah, ditemui di sekolah tempat ia berjualan es.

Latifah menyebut, Abah Ajo tak tahu apa-apa perihal video tersebut. Apalagi, pendengaran lelaki 70 tahun itu sudah tak begitu jelas.

"Abah saat itu mau shalat, pendengarannya rada terganggu, dia enggak tahu juga ngomong apa," kata dia.

Latifah mengungkapkan, ia dan suaminya tak mau terlibat dalam masalah itu. Ia menyebut, suminya cukup terkejut ketika dua kali dipanggil polisi untuk dimintai keterangan.

"Kasihan abah sudah tua," kata dia.

Kepala Desa Wancimekar, Alih Miharja mengakui, dua di antara tiga tersangka, yakni IP dan ES adalah warganya.

Alih mengaku, kaget kedua warganya menjadi tersangka kasus tersebut. Ia pun baru tahu mengenai video tersebut setelah ramai pemberitaan.

Alih mengatakan, ES sehari-hari bekerja sebagai penjual es campur, sementara suami ES penjaga perlintasan rel kereta api. Sedangkan IP hanyalah ibu rumah tangga.

Baca juga: Video Jika Jokowi Terpilih, Tak Ada Lagi Azan Pakai Bahasa Sunda, Polisi Hadirkan Saksi Ahli

"Di luar itu saya enggak tahu, yang saya tahu itu (penjual es campur dan ibu rumah tangga). Relawan itu saya enggak tahu," kata dia.

Sebagai kepala desa, Alih mengimbau warganya menyukseskan pemilu. Ia mempersilakan warganya untuk memilih calon sesuai hati nurani.

Yang terpenting, kata dia, tetap menjaga persatuan dan kesatuan.

"Adapun warga mau pilih ke mana, silakan sesuai hati nurani. Jangan sampai perbedaan pendapat menimbullan masalah, menimbulkan perpecahan," kata dia.

Diketahui, tiga wanita terkait video "Jika Jokowi Terpilih, Tidak Ada Lagi Azan" yakni CW, ES, dan IP telah menyandang status tersangka. Ketiganya saat ini ditahan di Mapolres Karawang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com