Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Ibu dengan Anak Penyintas Leukemia, Dampingi dan Saling Berbagi

Kompas.com - 24/02/2019, 11:10 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Khairina

Tim Redaksi


BANYUWANGI,KOMPAS.com - Mata Eko Darwati (48) terlihat berkaca-kaca saat menceritakan perjuangannya mendampingi Yusuf Muhammad, anak bungsunya yang divonis menderita leukemia pada tahun 2012 lalu.

Saat itu, Yusuf yang masih berusia 7 tahun sering sakit-sakitan dan suhu badannya selalu di atas normal. Selain itu, bahu anaknya bengkak dan banyak benjolan kecil di bagian kepala.

"Saya pikir habis jatuh tapi saat di-rontgen enggak apa-apa. Biasanya kalau sakit ya saya bawa ke bidan. Sembuh tapi sakit lagi sampai akhirnya saya bawa ke puskesmas dan langsung disuruh cek darah di rumah sakit Blambangan,"cerita Eko kepada Kompas.com, Sabtu (23/2/2019).

Baca juga: Dukungan Buat Ikee dari Penyintas Leukemia

Saat dokter menjelaskan jika anaknya terkena leukemia, Eko mengaku kaget dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Dia hanya merasakan takut kehilangan anaknya apalagi saat dia tahu  leukemia adalah salah satu jenis kanker.

"Dokter bilang saya harus sabar dan kuat karena pengobatannya lama dan tidak bisa di Banyuwangi harus di Surabaya, tidak bisa di Banyuwangi. Saat itu mikir uang dari mana karena kami bukan orang yang banyak uang," jelasnya.

Eko dan suaminya lalu mengurusi Surat Pernyataan Miskin (SPM) untuk keringanan biaya bagi Yusuf yang dirujuk ke Surabaya. Eko pun harus izin dari pekerjaannya sebagai tukang parkir untuk mendampingi anaknya di Surabaya selama 4 bulan.

Dia dan Yusuf tinggal di salah satu yayasan, sehingga tidak perlu pergi pulang Banyuwangi-Surabaya yang membutuhkan waktu sekitar 7 jam perjalanan menggunakan jalur darat.

Selama pengobatan, Eko mengandalkan SPM sehingga pelayanan kesehatan dapat dia akses dengan gratis.

"Saya tidak punya uang banyak jadi ya hanya pake SPM. Saya mengikuti semua prosedur, hanya saya sempat drop saat Yusuf kemoterapi ke-8 hingga ke-12. Dia muntah, panas, persendiannya nyeri dan tidak bisa jalan. Apalagi satu persatu temannya yang satu angkatan saat dirawat di sana meninggal. Saya hanya pegang omongan dokter, pengobatan lama Bu, harus sabar. Pokoknya anak saya sembuh. Saya bilang ke Yusuf, ayo le kita lawan bareng-bareng," katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com