Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Dua Pria Tewas Dikeroyok di Kampus Unimed, Diduga Curi Helm Hingga Merasa Dipersulit Polisi

Kompas.com - 23/02/2019, 18:36 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KOMPAS.com - JPS dan SS (21) tewas setelah dikeroyok petugas keamanan dan mahasiswa Universtas Negeri Medan (Unimed), Sumatera Utara, Selasa (19/2/2019).

Kedua pemuda tersebut diduga telah mencuri helm di kawasan parkir kampus di Jalan Selamat Ketaren/Pasa V Timur, Desa Medan Estate.

Sementara itu, orangtua SS menolak tuduhan anaknya adalah seorang pencuri. Ayah korban, PS, yang juga mantan polisi, merasa sikap polisi tidak profesional dalam menangani kasus tersebut. 

Berikut ini fakta-fakta kasus kematian SS dan JPS di Kampus Unimed:

1. Diduga mencuri helm di Unimed

Ilustrasi penganiayaanKompas.com/ERICSSEN Ilustrasi penganiayaan

Kapolsek Percut Seituan Kompol Faidil Zikri mengatakan, dari pengakuan korban yang kehilangan helm, aksi pengeroyokan tersebut berawal ketika sepasang mahasiswa Unimed mengaku telah kehilangan helm.

Saat itu keduanya diarahkan ke satpam yang baru saja menangkap dua terduga maling helm. Dua terduga pencuri itu adalah JPS (30) dan SS (21).

Sesampainya di pos satpam, keduanya mendapati helm mereka diambil kedua orang yang sudah dikeroyok massa.

Sementara itu, pihak kepolisian telah memeriksa dua pelapor kehilangan helm tersebut. 

"Untuk kedua korban, M Arif Gunawan Siregar dan Riana Pratiwi sudah dimintai keterangannya," ujarnya, Rabu (20/2/2019).

Sementara itu, M Surip dari Humas Unimed membenarkan peristiwa tersebut terjadi di kampusnya pada Selasa petang.

"Ada dua pelaku curanmor dihakimi massa di kampus. Infonya, beberapa petugas keamanan dan beberapa mahasiswa sudah mengintai dua pelaku untuk bisa menangkap tangan curanmor," katanya.

Baca Juga: "Anakku Bukan Maling..."

2. Tanggapan pihak kampus Unimed

Pembunuhan.Thinkstock Pembunuhan.

Menurut Surip, Humas Unimed, dirinya telah banyak menerima laporan kehilangan helm milik para mahasiswa. Hal itu telah membuat geram mahasiswa dan para petugas keamanan.

Saat itu, mereka menangkap basah JPS dan SS yang diyakini sedang mencuri helm dari sepeda motor yang ada di area kampus.

"Mereka ketangkap tangan mencuri motor dan helm. Karena di kampus sudah sering motor mahasiswa dan pegawai hilang. Jadi para mahasiswa serta petugas keamanan sudah sangat geram," katanya.

Saat hendak kabur, di pintu keluar mereka sudah ditunggu petugas keamanan serta sejumlah mahasiswa.

"Petugas keamanan dengan cepat melapor polisi dan berupaya mengamankan pelaku agar tidak terus dihakimi massa, tapi masa mahasiswa tak terbendung. Saat polisi datang, pelaku langsung dibawa ke RS oleh Polisi Percut Seituan," kata Surip.

Baca Juga: Diduga Curi Helm, Dua Pria Dihajar Massa hingga Tewas di Unimed

3. Orangtua SS bantah putranya pencuri

Ilustrasi helm lepas saat tabrakanmileylegal.com Ilustrasi helm lepas saat tabrakan

PS (62), mantan anggota polisi, mengaku kecewa atas aksi brutal mahasiswa dan petugas keamanan Unimed kepada putranya SS.

"Kecewa aku, kecewa. Kalau bisa (dia) kembali, ya Allah," ucapnya seraya menyeka air matanya di rumah duka, di Jalan Perjuangan, Medan, Sumut, Kamis (21/2/2019).

PS pun mencoba tegar dengan mengisap sebatang rokok, tetapi air matanya kembali menetes saat dia mencoba menceritakan tentang anaknya.

"Anakku bukan maling. Saat itu, dia pergi sama temannya. Kayak bukan manusia mereka buat anakku itu sama temannya," ujar lirih.

PS mengutarakan, anaknya, SS, pergi ke Kampus Unimed bukan untuk mencuri, melainkan untuk berenang dan bertemu temannya.

"Mereka kan mau berenang dan ketemuan sama kawan perempuannya," ucapnya.

Baca Juga: Kisah Imam, Sopir Taksi Online yang Bantu Penumpang Lahirkan Bayi di Dalam Mobil (1)

4. Kronologi menurut orangtua SS

Ilustrasi garis polisi.THINKSTOCK Ilustrasi garis polisi.

Pria yang mengaku sebagai mantan polisi ini menuturkan, cerita berdasar informasi yang dia peroleh.

Awalnya, SS dan temannya JPS hendak keluar dari Unimed tetapi tidak membawa STNK sepeda motornya. Sesuai aturan yang berlaku di Unimed, mereka harus ditahan jika tidak membawa STNK. Sebelum bisa menunjukkan STNK, mereka tidak diperbolehkan pergi.

"Jadi info yang kami terima, saat itu JPS menelepon istrinya yang tengah hamil besar untuk mengantarkan STNK beserta BPKB," kata PS.

Saat menunggu STNK diantarkan istri JPS, keduanya diteriaki sebagai maling helm dan langsung digebuki satpam dan mahasiswa yang ada di kampus.

"Sementara saat kejadian, mereka tidak membawa helm tiba-tiba ada helm. Ini kan pengalihan atau mengambinghitamkan anak saya," ungkap PS.

Baca Juga: Fhatimah, Bayi 8 Bulan yang Divonis Serosis Hati, Badan Menguning, Tubuh Pakai Selang Urine

5. Merasa dipersulit oleh polisi

Ilustrasi PolisiThinkstock/Antoni Halim Ilustrasi Polisi

Setelah kejadian, lanjutnya, mereka sudah membuat laporan ke Polsek Percut Seituan, Rabu (20/2/2019) sekitar pukul 02.00.

Namun, saat membuat laporan, mereka seperti tidak dianggap polisi. Hal itu membuat PS merasa geram.

"Masa kami disuruh buat laporan besok. Kan tidak benar, sementara anak saya sudah tiada. Setelah sempat ribut, akhirnya selesailah buat laporan malam itu juga," ujarnya.

Karena merasa seperti dipersulit, pria ini mengutarakan bahwa kinerja polisi sekarang jelek jika dibandingkan saat dia masih bertugas dulu.

"Saya pensiunan polisi. Saya 2015 terakhir bertugas. Saya juga sempat jadi guru di SPN Sampali. Saya terakhir pangkat aiptu. Saya juga dulu bertugas di Polres Labuhanbatu," ujarnya.

Baca Juga: Bobol Toko Emas di Mamuju, Pelaku Bawa 1,5 Kilogram Emas Senilai Rp 700 Juta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com